Eramuslim.com – Pernyataan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati (SMI) yang mengatakan bahwa ekonomi bangsa ini masih dalam keadaan stabil meskipun realisasi defisit anggaran mencapai 2,62 persen dikritisi.
Wakil Ketua Umum Partai Gerindra, Arief Poyuono mempertanyakan pernyataan SMI yang membandingkan defisit yang hanya 2,62 persen dengan batasan maksimum defisit anggaran yang ditetapkan dalam Undang-Undang APBNP sebesar 2,92 persen.
“Stabil dari mana. Realitasnya Daya Beli Masyarakat makin turun,” ketusnya, Senin (25/12).
Diakuinya bahwa pendapatan per kapita Indonesia saat ini naik menjadi Rp 46 juta per tahun. Namun kenaikan itu tidak mempengaruhi daya beli masyarakat yang justru kian merosot. Hal itu diperparah dengan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika yang hampir menyentuh angka Rp 14 ribu. Yakni sekitar Rp 13.725 per dollar.
“Defisit kok stabil. Dari mana rumus ekonominya, belajar dimana Sri Mulyani? Yang namanya defisit itu ya pasti ada ketidakberesan dalam pengelolaan anggaran negara. Semua prediksi terkait penerimaan negara seperti penerimaan pajak meleset, dan penganggaran biaya belanja negara berupa belanja proyek juga meleset alias membengkak kemungkinan bocor dimana-mana,” ketusnya.
Lebih lanjut Ketua Umum Serikat Pekerja BUMN Bersatu ini menjelaskan bahwa di perusahaan-perusahaan, defisit anggaran sebenarnya masuk dalam chapter eleven alias ancaman bangkrut. Untuk itu, dia menduga bahwa keuangan negara dibawah pemerintahan Presiden RI Joko Widodo sudah diambang kolaps.
“Keuangan negara yang saat ini di kelola Jokowi itu sudah mendekati kebangkrutan. Apalagi hutang makin numpuk dan tidak kelihatan hasil dari hutang yang diera Jokowi dinikmati oleh rakyat. Yang ada rakyat makin sulit dalam memenuhi kebutuhan untuk ekonomi keluarganya khususnya masyarkat kelas bawah dan menengah,” demikian Arief.(kl/krf)