Dalam acara diskusi Ramadhan yang diselenggarakan Yadmi atau Yayasan Dakwah Malaysia Indonesia di Gedung Habibie Center Jakarta, cendekiawan muslim asal Malaysia menyatakan bahwa Islam harus ditampilkan dalam bentuk sistem.
”Dakwah harus ditampilkan dalam bentuk peradaban Islam dan berbentuk sebagai sistem alternatif dari sistem yang ada di masyarakat. Dengan begitu, kita melawan sistem dengan sistem. Bukan sekadar cakap (omongan, red),” ujar Datuk Haji Mohammad Nakha’i Haji Ahmad.
Wakil ketua dewan pembina Yadmi ini juga memberikan rumus kesuksesan dakwah. Yaitu, adanya kedekatan antara tiga unsur: pemerintah, intelektual, dan ulama. ”Tiga unsur inilah yang bisa mengawal dakwah di Malaysia dalam rangka pemberdayaan umat,” ujar datuk yang juga aktivis dakwah di Malaysia.
Datuk Mohammad Nakha’i menambahkan, selama ini penjajah selalu ingin menanamkan pengaruhnya di negeri bekas jajahan untuk waktu yang lama. Di antara yang mereka lakukan adalah melemahkan sektor pendidikan, meminderkan umat Islam dengan produk-produk Barat, dan melemahkan kemampuan ekonomi umat.
Sulit kita membangun peradaban Islam, masih menurut Datuk Mohammad Nakha’i, kalau hanya dengan ucapan. Karena dakwah harus memberikan solusi yang dibutuhkan umat. Penerapan ekonomi Islam secara nyata dan kuat harus menjadi satu kesatuan dalam organisasi dakwah.
Selain Datuk Mohammad Nakha’i, hadir sebagai pembicara lain Dr. Tarmidzi Taher. Mantan menteri agama ini menyatakan bahwa dakwah harus tampil baru. Tidak seperti sebelum ini yang terlalu menekankan pada ucapan dengan kalangan terbatas.
"Dakwah harus tampil beda sesuai dengan kebutuhan masyarakat saat ini yang semakin kompleks," ujar Tarmidzi.
Menurutnya, masyarakat saat ini membutuhkan dakwah yang integral, menyeluruh, memenuhi seluruh lingkungan masyarakat yang ada. "Begitu banyak lapisan masyarakat yang saat ini, munngkin, belum tersentuh dakwah," tambah dokter yang saat ini aktif memberikan kajian keislaman.
Senada dengan dua pembicara di atas, Ahmad Watik Pratiknya mengungkapkan gagasan solusi agar dakwah bisa lebih berdaya di masyarakat.
"Selama ini, orang berdakwah seperti hit and run. Pukul dan lari. Seorang dai datang menyampaikan ceramah tentang Islam dengan berbagai kekhasan mereka, tanpa memahami terlebih dahulu seperti apa keadaan masyarakat yang didakwahi," papar Ahmad Watik dalam diskusi yang dihadiri tamu dari Malaysia ini.
Menurut Agus Watik, dakwah tidak bisa dilakukan secara individual. Ia harus dilakukan secara berjamaah. Harus ada diagnosis masyarakat yang akan dihadapi. Dan terlebih lagi, dakwah harus memberikan pemberdayaan secara ekonomi buat umat.
"Problemnya, saat ini justru tidak sedikit para dai yang dibayar oleh umat yang mengundangnya. Tak ubahnya seperti selebritis. Punya manajer dan sebagainya," ujar Agus Watik.
Agus Watik menambahkan, dakwah harus mengangkat kedha’ifan umat dari berbagai sudutnya. Mulai dari kedhaifan material, aset, psikologis dan akses. "Karena itu, kita harus mereka ulang format dakwah kaum dhuafa yang mayoritas di negeri ini." (Indah)