Data Polri Pun Diduga Telah Diretas, Polisi Indonesia dalam Bahaya?

Eramuslim.com – Salah satu lembaga keamanan Indonesia diduga mengalami kebocoran data. Kelompok hacker yang menamakan diri Star06 (dibaca: Star Six) mengklaim telah meretas data milik Kepolisian Republik Indonesia (Polri).

Informasi ini disebarkan oleh akun TikTok @realmrbert dalam unggahannya yang saat ini dibanjiri ribuan komentar netizen.

“Polisi Indonesia, kalian dalam bahaya,” ujar Mr. Bert dalam unggahan dikutip pada Sabtu (6/7/2024).

Diungkapkan pria yang berprofesi sebagai Penasihat Keamanan Siber tersebut, pada Senin (1/6/2024) lalu telah dikeluarkan kebocoran data dari personal daya dan sensitif dokumen Polri.

“Ini gua kasih tunjuk sama kalian yah, hari ini dikeluarkanlah kebocoran data dari personal data dan sensitif dokumen Kepolisian Republik Indonesia,” ucapnya.

Tambahnya, kebocoran data tersebut sudah beredar di internet. “Telah dibocorkan semua personel data, data Polisi kita dan ini adalah secret official document,” tukasnya.

Lebih lanjut dibeberkan Mr. Bert, segala sesuatu yang berhubungan dengan document official kepolisian telah jebol.

“Teman-teman tinggal dibeli aja. Fresh data lagi,” Mr. Bert menuturkan.

“Ini keluar lagi, harga diri negara ini sudah jadi kotoran di luar negeri sana. Karena Kepolisian kita semua datanya seperti di FBI sudah keluar,” sambung dia.

Mr. Bert bilang, kebocoran data tersebut bisa dilihat melalui SOC radar.

“Jadi bukan gua yang omong. Mau ditaruh di mana lagi muka negara ini, mau sehancur apa lagi negara ini,” tandasnya.

Seperti diketahui, dalam dua minggu terakhir, sistem keamanan siber Indonesia mengalami serangkaian serangan yang intens dari hacker.

Salah satu insiden yang paling menarik perhatian publik adalah serangan ransomware yang menargetkan server Pusat Data Nasional (PDN) Sementara.

Selain PDN, setidaknya empat lembaga dan kementerian penting di Indonesia juga diduga menjadi korban serangan siber.

Lembaga-lembaga tersebut meliputi Badan Intelijen Strategis (BAIS) TNI, Indonesia Automatic Finger Print Identification System (INAFIS), Kementerian Perhubungan, dan BPJS Ketenagakerjaan.

Serangan-serangan ini telah memicu perhatian dan kekhawatiran dari masyarakat, yang mempertanyakan efektivitas sistem keamanan siber di Indonesia.

(Fajar)

Beri Komentar