Eramuslim.com – Pertemuan Ketua DPR RI Setyo Novanto alias Setnov dan Fadli Zon dengan calon bakal presiden AS yang tengah menggelar konferensi pers, Donald Trump, beberapa waktu lalu digoreng sedemikian rupa, dibikin gaduh, oleh PDIP. Banyak kalangan menduga jika PDIP sengaja melakukan ini demi kepentingan-kepentingannya sendiri seperti ingin mengganti posisi Setnov yang notabene dari KMP dengan kadernya sendiri, dan juga untuk memalingkan perhatian rakyat dari kesulitan sehari-hari akibat rupiah anjlok yang disebabkan tidak mampunya Jokowi-JK dalam mengurus negara.
Padahal, banyak sekali pekerjaan rumah yang sampai detik ini masih belum dibenahi oleh PDIP. Salah satunya adalah rangkap jabatan yang masih dilakukan Puan Maharani, Pramono Anung, dan Tjahjo Kumolo, di mana ketiganya sudah masuk kabinet namun masih saja tercatat sebagai anggota DPR. Ini jelas tidak bisa dibenarkan dan makan gaji buta.
Dewan Presidium Koalisi Masyarakat Peduli Parlemen, Arief Rachman, menyatakan, “Kalau ada menteri yang belum mau melepaskan posisinya di DPR, ini artinya presiden dipermalukan. Yang mempermalukan justru kader-kader PDIP yang merupakan partai politik pengusung Jokowi.” Karena itu, Koalisi Masyarakat Peduli Parlemen akan segera mengajukan surat terbuka untuk Jokowi agar segera menyelesaikan rangkap jabatan itu.
Menurut Arief, PDIP hendaknya mencontoh kader PKB seperti Hanif Dhakiri dan Marwan Ja’far yang berani memilih satu posisi saja. “Mereka legowo dan menyerahkan kelanjutan tugas di DPR ke kader yang lain,” katanya.(ys)