Menjamurnya model Pendidikan Karakter di sekolah-sekolah Indonesia mendapat kritik tajam oleh kandidat Doktor Pendidikan Islam, Erma Pawitasari. Ia menilai bahwa hal ini tidak terlepas dari sikap pragmatisme orang Indonesia.
“Mereka melihatnya pragmatis. Orang Barat itu on time, orang Indonesia suka telat. Orang Barat itu bersih, orang Indonesia itu kotor. Orang Barat suka antri, orang Indonesia tidak disiplin. Sehingga kemudian disimpulkan bahwa karakter di Barat lebih bagus dari pada di Indonesia.” Katanya saat ditemui Eramuslim.com, sabtu 2/7/2011 seusai Diskusi ‘Problematika Pendidikan di Indonesia’ di Kantor INSISTS, Jakarta Selatan.
Padahal, kata Erma, definisi karakter dalam perspektif Barat sangat problematis. Ini disebabkan karena Barat berfaham bebas nilai.
“Pendidikan Karakter di Barat hanya membantu siswa menemukan nilainya sendiri. Jadi mereka bebas punya nilai yang berbeda-beda. Ini kan sangat bertentangan dengan Islam,” imbuhnya.
Erma memberikan contoh pada kasus berzina. Dalam pendidikan Karakter, tindakan berzina antara seorang siswa laki-laki dan perempuan belum tentu berdosa. Asal dilakukan dengan syarat-syarat tertentu.
“Kalau zina itu dilakukan anak dengan sadar, sukarela, dan bertanggungjawab, itu tidak masalah dalam Pendidikan Karakter. Yang bermasalah adalah kalau Zina dilakukan diluar tanggung jawab. Ini kan bertentangan dengan Islam. Dalam Islam, zina itu pasti dosa terlepas dari seorang anak itu mau bertanggung jawab untuk punya anak atau tidak,” tandas Diretur Eksekutif Andalusia Islamic Education and Management Services (AIEMS) ini.
Sekalipun Pendidikan Karakter juga mengajarkan untuk menolak korupsi dan berperilaku jujur, kata Erma, hal itu lebih didasari karena rasionalisme dan bukan motif agama.
“Makanya orang Barat dan orang liberal itu tidak mau kalau korupsi disebut haram. Mereka lebih suka mengatakan kalau korupsi itu merusak masyarakat. Semuanya rasional. Berusaha merasionalkan sebuah nilai. “
Hal ini berbeda dalam Islam. Islam memiliki konsep tersendiri tentang karakter. “Kita yakini dalam Islam bahwa seseorang memiliki karakter tertinggi ialah ketika orang itu bertauhid. Mau dia baik seperti apa, kalau dia tidak bertauhid kepada Allah, maka dia masuk neraka. Sedangkan menurut Barat, agama bukan bagian dari karakter,” sambungnya.
Maka itu karena rusaknya konsep moral Barat, terjadi irelevansi antara Pendidikan Karakter yang diajarkan seorang guru di Barat dengan kenyataannya. Ia mencontohkan saat terjadi musim panas di Amerika.
“Saat summer (musim panas), banyak Guru perempuan berpakaian minim saat mengajar di kelas di depan siswa mereka,” imbuh alumnus Universitas Boston dan pernah menetap selama enam tahun di Amerika Serikat ini. (pz)