Dahulunya Basis PKI, Diubah Jadi Masjid Jogokariyan: Masjid Terbaik dan Percontohan

 

Suasana Masjid Jogokariyan pada bulan Ramadan. (int)

eramuslim.com – Hampir semua umat Islam di Indonesia telah mengetahui terkait makmurnya Masjid Jogokariyan, bahkan disebut-sebut sebagai masjid terbaik dalam hal aktivitas keagamaan di Indonesia saat ini.

Namun, tidak banyak yang tahu terkait sejarah masjid tersebut. Lebih mencengangkan lagi, lokasi dibangunnya masjid tersebut dulunya adalah basis Partai Komunis Indonesia (PKI).

Itu diungkap salah satu akun literasi di aplikasi X (twitter), dengan nama akun Ruang Pembaharu @bukupembaharu.

“Sempat menjadi basis Partai Komunis Indonesia (PKI). Hingga akhirnya, didirikanlah Masjid Jogokariyan yang digalang oleh para simpatisan Masyumi dan anggota Muhammadiyah,” tulis akun tersebut, dikutip Minggu (1/10/2023).

“Kini, Masjid Jogokariyan menjadi salah satu pusat aktivitas kegiatan agama Islam tersibuk di Yogyakarta. Jogokariyan yang dulu sempat “kiri” & “merah” sekarang sangat kental dengan nuansa Islami bahkan menjadi salah satu basis Muhammadiyah,” tambahnya.

Dikutip dari tirto.id, Masjid Jogokariyan di Yogyakarta mulai dibangun pada 1966. Sejarah mencatat, kampung di mana masjid ini dibangun sempat menjadi basis Partai Komunis Indonesia (PKI). Hingga akhirnya, didirikanlah Masjid Jogokariyan yang digalang oleh para simpatisan Masyumi dan anggota Muhammadiyah.

Semula, Kampung Jogokariyan merupakan kampung kaum “abangan” karena dihuni oleh banyak abdi dalem dan prajurit Kraton Yogyakarta. Selanjutnya, kampung ini menjadi basis simpatisan PKI.

Terjadinya peristiwa berdarah Gerakan 30 September 1965 di Jakarta yang merembet hingga ke daerah, termasuk Yogyakarta, secara tidak langsung turut mengubah karakteristik masyarakat di Kampung Jogokariyan.

Pada Juli 1966, para pengrajin batik dan tenun yang tinggal di Kampung Jogokariyan serta tergabung dalam kelompok Koperasi Batik “Karang Tunggal” dan Koperasi Tenun “Tri Jaya” membeli tanah wakaf seluas 600 meter persegi. Di lahan inilah Masjid Jogokariyan nantinya dibangun.

Dokumen resmi masjid dalam tulisan berjudul “Profil Masjid Jogokariyan” karya M. Jazir diperoleh keterangan bahwa sebagian besar dari pengusaha batik dan tenun tersebut adalah simpatisan Masyumi dan anggota Muhammadiyah.

Tanggal 20 September 1965, dilakukan peletakan batu pertama pembangunan masjid. Dan akhirnya, bersamaan dengan peringatan hari kemerdekaan RI pada Agustus 1967, Masjid Jogokariyan diresmikan.

Andi Prasetya (2014) dalam risetnya berjudul “Optimalisasi Fungsi Masjid sebagai Ruang Publik: Studi Peran Pengelola dan Transformasi Ruang Publik di Masjid Jogokariyan” menyebutkan bahwa Masjid Jogokariyan diresmikan oleh Ketua PDM (Pimpinan Daerah Muhammadiyah) Kota Yogyakarta.

Awalnya, luas bangunan masjid ini berukuran 9×9 meter persegi, ditambah serambi dengan luas 9×6 meter persegi. Total luas kompleks Masjid Jogokariyan adalah 15×9 meter persegi.

Ternyata, antusiasme umat Islam untuk beribadah dan beraktivitas di masjid ini semakin hari bertambah banyak. Akhirnya, Masjid Jogokariyan pun mengalami beberapa kali pembangunan tambahan, termasuk menambah tanah seluas 760 meter persegi pada 1978.

Tahun 2009, tanah yang melingkupi kompleks masjid bertambah lagi. Bahkan, di area masjid ini kemudian dibangun Islamic Center Jogokariyan yang menempati gedung tiga lantai, termasuk penginapan dan ruangan untuk rapat.

Kini, Masjid Jogokariyan menjadi salah satu pusat aktivitas kegiatan agama Islam tersibuk di Yogyakarta. Kampung Jogokariyan yang dulu sempat “kiri” dan “merah” sekarang sangat kental dengan nuansa Islami bahkan menjadi salah satu basis Muhammadiyah. (sumber: fajar)

Beri Komentar