Tetapi Dang mengaku jika ada kekurangan bahan baku di hulu rantai pasokan karena lonjakan pesanan dari India, yang membuat sulit untuk memperluas produksi dalam waktu singkat.
Seorang staf pembuat alat kesehatan di Changzhou, Provinsi Jiangsu, di timur China, yang juga memiliki pabrik di Indonesia, mengatakan meningkatnya penularan COVID-19 di Asia Tenggara mendorong peningkatan pesanan.
“Jumlah pesanan tabung kami yang dapat digunakan untuk menampung sampel uji asam nukleat COVID-19 meningkat baru-baru ini,” kata staf tersebut.
Bulan Mei lalu, Pemerintah Indonesia, melalui kerja sama Asosiasi Gas Industri Indonesia sebagai produsen utama gas oksigen di Indonesia, pernah mengirimkan bantuan 3.400 tabung oksigen senilai kurang lebih Rp2 miliar ke India.
Saat itu, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan, bantuan tabung berisi oksigen ke India tidak akan mengganggu pasokan oksigen di dalam negeri.
“Ini sudah mempertimbangkan kebutuhan dalam negeri, jadi tidak akan mengganggu pasokan oksigen nasional,” ujarnya (11/5).
Dua bulan berselang, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitann mengalihkan 100 persen oksigen industri untuk kesehatan, sambil menyiapkan skenario terburuk untuk suplai oksigen, obat, rumah sakit dan kebutuhan lainnya jika penularan terus meningkat.
Merespons situasi terkini di RI, Duta Besar Republik Indonesia untuk China, Djauhari Oratmangun, mengatakan kepada Global Times pada Minggu (11/6) bahwa KBRI telah berkoordinasi dengan Jakarta untuk bekerja sama dengan beberapa perusahaan di China untuk pengadaan alat kesehatan.
“Dalam rangka donasi, kami akan memfasilitasi prosedur ekspor mesin oksigen dan APD lainnya untuk masuk ke Indonesia,” kata Djauhari. [liputan6]