CIR-FLP Adakan Lomba Penulisan Essay Tingkat SMU dan Mahasiswa

Komunitas penulis muda yang tergabung dalam Forum Lingkar Pena (FLP) bersama dengan Center for Indonesian Reform (CIR) bekerjasama dengan Kedutaan Besar Australia menyelenggarakan Kompetisi Nasional Penulisan Essay, dengan tema ‘Indonesia-Australia: Keragaman Budaya dan Dinamika Demokrasi’. Pendaftaran peserta yang terdiri dari siswa SMU dan Mahasiswa tingkat I-III (usia maksimal 22 tahun) dibuka sejak 29 Mei, yang batas akhir pengiriman essay pada tanggal 12 Juli 2008 cap pos. Dan pengumuman akan dilakukan pada 18 Agustus 2008, di Jakarta.

"Kita mencoba bekerja sama dengan beberapa pihak untuk memaksimalkan kegiatan ini, termasuk dengan FLP sebuah komunitas penulis muda yang melahirkan Habiburahman (penulis novel Ayat-ayat Cinta), " ujar Panitia dari Center for Indonesian Reform Haryo Stiyoko dalam jumpa pers, di Kawasan Senayan, Jakarta.

Dirinya berharap, dengan kegiatan menggali partisipasi dari kalangan generasi muda dalam mengembangkan kemampuan berfikir kritis mereka, untuk melahirkan hasil karya yang berkualitas. "Mudah-mudah ke dalam kegiatan itu kita bisa maksimalkan hasilnya sedemikian rupa, kita juga akan mencoba membuat iven-iven dalam rangkaian kegiatan ini, " jelasnya.

Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari Departemen Luar Negeri Indonesia, Direktur Diplomasi Publik Departemen Luar Negeri Umar Hadi mengatakan, kegiatan ini sebagai bentuk dukungan kerjasama bilateral antara Indonesia-Australia yang selama ini sudah terjalin.

Ia menilai, menulis adalah kegiatan yang selama ini mulai dilupakan oleh kalangan muda Indonesia, padahal ada pepatah yang mengatakan, pena itu lebih tajam dari pada keris. "Sekarang generasi muda kita lebih suka berdemonstrasi, dari pada berjuang melalui tulisan, " ujarnya.

Dalam lomba tersebut, peserta disyaratkan untuk menulis dalam bahasa Indonesia yang baik dan benar, terdiri dari 1000-2000 kata, diketik dengan spasi ganda. Tulisan dikirim via pos ke alamat panitia Gedung PP Plaza Lt3 (Ralph Office), Jl TB. Simatupang No.57, Jakarta Timur, atau melalui email ke [email protected] dengan melampirkan foto KTP/KTM disertai biodata lengkap.

Camden Tolak Pendirian Sekolah Islam

Di antara penyelenggara kegiatan tersebut adalah Kedutaan Besar Australia, ketika disinggung sikap Australia yang memiliki kecenderung tidak terbuka terhadap kemajemukan dan demokrasi, terbukti masih terdapat penolakan pendirian sekolah Islam, di Camden, Sidney, Australia.

Duta Besar Australia Bill Farmer mengatakan bahwa kemajemukan atas agama, ras dan bahasaadalah sesuatu yang didorong oleh berbagai pihak di Australia.

Tentang penolakan pendirian sekolah Islam Camden, Sidney, Australia, Bill menyatakan, keputusan penolakan itu diambil oleh setingkat oleh pemerintah lokal. Keputusan itu diambil, karena rencana itu tidak sesuai dengan rencana lalu lintas setempat.

"Memang kalau itu perlu didorong oleh semua pihak (kemajemukan), memang ada kasus usulan untuk membangun sekolah Islam, di Camden itu ditolak, keputusan penolakan itu diambil oleh setingkat oleh pemerintah lokal. Ada proses untuk keputusan ini, memang ini dalam demokrasi cukup sulit, " jelasnya.

Berangkat dari kasus di Camden, Ia menuturkan sudah mulai ada pandangan yang luas di Australia tentang Islam, bahkan saat ini ada 150 masjid, sudah banyak sekolah Islam dan itu didanai oleh pemerintah yang merupakan perwakilan rakyat.

"Kami menyambut secara baik masyarakat muslim di Australia, dan mendorong masyarakat muslim di Australia berhak untuk belajar sesuai dengan tradisi dan agamanya sendiri, " pungkasnya.

Dalam pertemuan yang digelar pada Selasa (27/5) malam, Dewan Kota Camden melalui pemungutan suara memutuskan menolak pendirian sekolah Islam di Camden. Rencana pembangunan sekolah berkapasitas 1.200 siswa itu diajukan oleh lembaga Islam, Quranic Society, pada tahun lalu. (novel)