“Sebelum ada kabar rasanya biasa aja, tapi setelah ada kabar mulai timbul gejala seperti batuk dan badan linu,” kata Toriq.
Kamis 17 Juni
Toriq melaksanakan tes swab PCR di kantornya. Hasilnya ia dinyatakan positif Corona.
“Gejala yang muncul di 4 hari pertama yaitu: batuk, demam, badan linu. Nafsu makan masih normal, tidak ada waktu makan yang terlewat. Saya makan cukup, tidur cukup, berjemur cukup,” kata Toriq.
Toriq kemudian aktif mengkonsumsi vitamin D3 + K2 5000 IU dan obat batuk OBH Combi plus. Indra penciuman dan perasanya masih normal.
Sabtu 19 Juni
Ketika bangun tidur, Toriq merasa sembuh. Semua gejala yang ia rasakan di hari-hari sebelumnya, hilang seketika.
“Ternyata di malam harinya saya tidak bisa tidur. Akibatnya, Minggu pagi semua gejala kembali,” tuturnya.
Minggu 20 Juni
Pada malam 20 Juni, Toriq mengaku tak bisa tidur hingga 2 hari kemudian. Indra penciumannya pun hilang.
“Ini periode paling menderita. Saya lanjut nggak bisa tidur sampai dua hari selanjutnya. Semua gejala kembali, ditambah indra penciuman hilang dan indra perasa kacau, seringnya lidah terasa pahit, tapi pas makan terasa asin yang berlebih,” jelas Toriq.
“Meski demikian, waktu makan tetap tidak ada yang terlewat, tetap 3 hari sekali, walaupun kuantitasnya berkurang,” ucapnya.
Toriq mendapatkan resep medis dari Tim Medis KUIT yakni Vitamin C 2000, Vitamin D 5000, Levofloxacin 1×500 mg selama 5 hari, Azithromicin Zinc 20 mg, N Asetil Cistein, Antibiotik Profilaksis, Asetilsistein 200 mg 3×1, dan Metisoprinol 500 mg 3×1.
“Obat saya minum, lambat laun terasa ada perbaikan. Saya mulai bisa tidur walau cuma beberapa jam. Saya juga ada tambahan probiotik dan herbal herbavid dari kolega kerja,” terang Toriq.
Senin 23 Juni
Toriq mulai merasakan sesak nafas dan batuk yang lebih berat dari hari-hari biasanya. Ia pun sempat panik dan hendak ke RS.
Namun, setelah dicek saturasinya masih aman. Toriq pun mengurungkan niatnya ke RS.
“Gejala masih sama, hilang indra penciuman, demam dan mampet, batuk makin parah. Saya tambah obat dengan minum tolak angin dan panadol merah,” kata Toriq.
Setiap demam, ia meminum Panadol merah dengan dibarengi minum minuman hangat. Demam pun turun, namun efeknya keringat yang keluar berlebihan sehingga membuatnya susah tidur.
“Setiap mulai batuk saya dorong terus biar memuntahkan lendir. Sehabis batuk muntah lendir biasanya kondisi membaik, saya bisa tidur,” jelas Toriq.
Rabu 28 Juni
Kondisi Toriq muai membaik. Ia pun melaksanakan tes swab antigen.
“Hasilnya sudah negatif. 2 hari berikutnya kantor meminta saya PCR dan hasilnya juga sudah negatif,” pungkasnya.(detik)