Cerita Habibie ditawari WN Jerman dan Prabowo tolak WN Yordania

habibieEramuslim.com – Tidak semua tawaran dan iming-iming untuk pindah status kewarganegaraan langsung diterima. Salah satu faktor utamanya adalah nasionalisme terhadap Tanah Air dan mengabdi bagi bangsa dan negara.

Begitulah kira-kira kamus pemikiran Mantan Presiden Indonesia, Bacharuddin Jusuf Habibie dan Letjen (Purn) Prabowo Subianto. Indonesia memang melarang warga negaranya memiliki dua kewarganegaraan. Jika melanggar, orang tersebut kehilangan status sebagai warga negara Indonesia.

BJ Habibie menjadi satu sosok kebanggaan Indonesia sampai sekarang. Yang paling mencolok adalah jasanya dalam membangun sumber daya manusia. Sehingga Indonesia mampu menciptakan pesawat untuk kali pertama.

Kecerdasan, totalitas dan tanggung jawab terhadap negara rupanya tidak hanya kelihatan saat dia di Indonesia. Sebelum Indonesia sadar akan potensinya, Habibie sudah beberapa kali ditawari oleh beberapa negara lain untuk menggalakkan teknologi pesawat terbang.

Tawaran pertama datang datang dari Jerman. Jerman yang saat itu tahu Habibie bukan orang biasa, langsung saja menawari Habibie dengan status ‘warga negara kehormatan’. Bukannya senang dengan status yang jarang diberikan Jerman, Habibie justru menolak.

“Sekalipun menjadi warga negara Jerman, kalau suatu saat Tanah Air ku memanggil, maka paspor (Jerman) akan saya robek dan akan pulang ke Indonesia,” kata Habibie seperti dikutip dalam buku Habibie dan Ainun.

Jerman pun mahfum dan tetap memberi penghormatan kepada Habibie dengan membebaskannya tinggal di Jerman sepanjang yang dia mau. Hal yang hampir sama juga dilakukan, pemerintah Filipina membujuk Habibie dan menawari mengelola dirgantara.

lagi-lagi jawaban Habibie tegas dan sama. Dia kembali menolak tawaran dari negara luar.

Isu kewarganegaraan juga menerpa Mantan Danjen Kopassus Letjen (Purn) Prabowo Subianto saat Pilpres 2014. Prabowo diserang memiliki kewarganegaraan Yordania.

Kabar ini langsung dibantah kubu Prabowo. Orang dekat Prabowo, Fadli Zon, menegaskan Prabowo tak pernah sedetik pun memiliki kewarganegaraan ganda. Prabowo memang sempat tinggal cukup lama di Amman, Yordania, selepas kisruh 1998. Namun tak benar Prabowo menjadi WN Yordania.

Fadli menuturkan, selama di Amman, Prabowo hidup sederhana dan bepergian dengan taksi. Prabowo bahkan punya sopir taksi langganan yang bernama Muhammad.

“Prabowo di Amman belajar bisnis, belajar bahasa Arab, dan dihargai oleh pangeran-pangeran Arab,” tulis Fadli saat itu.

Fadli menegaskan, Prabowo juga menolak menjadi penasihat militer Yordania. Padahal sahabatnya sendiri, Pangeran Abdullah yang memintanya. Keduanya bersahabat karib sejak lama.

Direktur Komunikasi dan Media Tim Kampanye Nasional Prabowo-Hatta, Budi Purnomo Karjodihardjo saat itu menjelaskan Prabowo menolak menjadi WN Yordania karena cinta pada Indonesia dan tak mau kehilangan status sebagai WNI. Budi menambahkan tudingan kewarganegaraan ganda pada Prabowo adalah sebuah black campaign dari musuh-musuh politiknya yang didukung para cukong.(ts/ks)