Dalam kondisi pasrah, Heri dan keluarga membawa Deti pulang ke rumah sambil berharap ada pertolongan yang datang. Namun, hingga tarikan napas terakhir, bantuan itu tak kunjung datang. Deti dinyatakan meninggal pada pukul 11.00.
Melihat kedua orang tuanya meninggal dengan selang waktu kurang dari setengah hari tentu saja meninggalkan luka mendalam. Namun, Heri berusaha tetap tabah. Dia masih harus menguatkan dua adiknya, yakni Sigit, 14, dan Aulia, 11. ”Setelah itu, diantar om ke puskesmas untuk tes swab. Ternyata dua adik saya positif, sementara saya negatif. Mereka harus isoman,” ujarnya.
Heri tidak tega meninggalkan kedua adiknya untuk isoman. Dia akhirnya memaksa ikut isoman di hotel yang sudah disediakan Pemkot Surabaya. Dia bersedia mendampingi kedua adiknya. ”Sampai sekarang masih isoman. Alhamdulillah, kondisi adik dan saya sehat,” ungkapnya saat dihubungi Jawa Pos.
Heri mengungkapkan, dirinya masih memiliki kerabat yang rumahnya bersebelahan. Meski begitu, Heri belum memiliki rencana siapa yang menjadi pengganti orang tuanya nanti. Dia masih berharap bisa ikut tante atau pamannya di Surabaya.
Sementara itu, Plt Lurah Pacar Kembang Amdany Praptama Yantony menegaskan bahwa nasib ketiganya yang sudah menjadi yatim piatu akan diupayakan sebaik-baiknya. Sementara, tiga anak itu sudah didaftarkan sebagai penerima permakanan yatim. Untuk pendidikan, ada beasiswa bagi mereka sampai lulus. ”Sudah dijamin Pemkot Surabaya. Sekarang pun kondisinya dipantau terus. Ada pendamping psikologis yang mengawasi mereka semua. Yang pasti, kami akan upayakan yang terbaik bagi mereka,” tuturnya.(jawapos)