Cendekiawan Muslim perlu dan harus peduli politik, tanpa menjalankan politik pragmatis. Hal ini perlu dan penting agar kewajiban amar nahi mungkar tetap menjadi komitmennya. "Saya setuju kalau kaum cendekiawan perlu peduli politik. Akan tetapi tidak semestinya mereka aktif dalam politik praktis. Ini untuk memenuhi tanggungjawab amar makruf nahi munkar, " ujar Khalif Muammar, pengamat sosial keagamaan Akademi Kajian Ketamadunan, Malaysia.
Ditegaskannya, aktivitas politisi Muslim di panggung poltik harus diarahkan untuk pelaksanaan penegakan syari’ah Islam. "Menegakkan kebenaran dan keadilan, tanggungjawab memperjuangkan pelaksanaan Islam secara kaffah, ilmuwan Muslim mesti prihatin dan menyuarakan pandangannya, " sambung penulis buku "Tanggapan Kritis Atas Wacana Islam Liberal."
Karena itu, agar masyarakat tidak bingung terhadap motif dan tujuan poltisi Muslim untuk kepentingan pragmatis, maka mereka harus pandai menjaga diri dari kepentingan sesaat.
"Masalahnya kalau terlibat dalam politik praktis, masyarakat akan bingung dia bercakap atas nama partai atau atas nama agama. Dia akan mudah diseret dalam konflik kepentingan kepartaian dan kuasa. Jadi ya harus pinter-pinterlah, " saran dia. (dina)