“Terlalu lembut ternyata menjadi tidak dipandang tapi bukan berarti radikal, kami akan bersuara sampai suara kami didengar. Kami ianjikan di lapangan kami semua buruh satu suara,”tegas Elly.
Kendati demikian, Elly menyampaikan aksi yang akan dilakukan KSBSI belum sampai pada tahapan mogok nasional atau berhenti produksi. Namun, kata Elly tidak menutup kemungkinan jika apa yang disampaikan oleh KSBSI dan keluhan serikat buruh lain tidak didengar mogok nasional bisa terjadi. Apalagi pihaknya memiliki 662 ribu buruh yang tersebar di sekitar 2.249 perusahaan.
“Kalau sampai aksi besar kami juga tidak didengar dan itu (Omnibus Law Cipta Kerja) tetap disahkan tanpa ada melibatkan kami buruh, berarti pemerintah mendukung chaos,” keluh Elly.
Sementara itu, Sekjen KSBSI Dedi Hardianto menegaskan, pihaknya akan menyuarakan penolakan Omnibus Law Cipta Kerja di 15 provinsi 34 kabupaten/kota pada tanggal 2 Maret dan 11 Maret dalam bentuk aksi-aksi. Pihaknya juga meminta agar para awak media turut menyampaikan ke pemerintah bahwa KBSI melakukan perlawanan terhadap kebijakan yang tidak berpihak kepada buruh.
“Tanggal 2 dan 11 Maret kami akan ditempatkan di DPR RI. Lalu 11 Maret kami aksi nasional, teman-teman di daerah untuk main di DPRD tingkat 1 DPRD tingkat 2 di masing-masing wilayah di mana kami ada ada struktur Korwil di setiap provinsi itu,” terang Dedi.(kk/rol)