Keluarga muslim di Indonesia hendaknya bersikap selektif dalam memilih tayangan televisi selama bulan Ramadhan. Sebab, tidak sedikit tayangan yang membawa label Ramadhan, ternyata isinya hanya guyon dan jauh dari semangat memuliakan bulan Ramadhan. Demikian dikemukakan Ketua Dewan Pembina Yayasan Al-Manar Hamid Usman Lc, di Jakarta.
Menurutnya, tayangan televisi yang ada sekarang ini sudah jauh keluar dari fungsinya, sebagai sarana untuk mendidik generasi muda bangsa, dan khususnya generasi muda Islam.
"Televisi sekarang ini sudah lebih berorientasi pada bisnis, ketimbang fungsi utamanya sebagai sarana pendidikan. Padahal salah satu yang diharapkan dari televisi adalah umat mendapatkan pencerahan, tetapi saat ini justru banyak dicekoki dengan acara-acara yang hanya berpikir untuk meraup iklan sebanyak-banyaknya, tanpa pernah memperhitungkan dampaknya bagi agama, dan moralitas pemirsanya, "ujar alumnus Universitas Al-Azhar-Kairo, Mesir ini.
Lebih lanjut Ia menilai, saat banyak tayangan televisi yang bernuansa Islam, namun kenyataannya masih sangat jauh dari nilai-nilai ajaran Islam.
"Banyak yang menampilkan sosok ustad tapi malah tidak mencerminkan diri sebagai pendidik, Inilah yang sangat merisaukan kita sebagai seorang pendidik muslim, "tegasnya.
Di samping itu, lanjutnya dalam tayangan yang bernuansa Islam ini, masih menyisipkan unsur musyrik yang sangat kentara. Sehingga mana nilai-nilai Islam yang murni, dan mana yang syirik kadangkala tidak dipahami oleh para pemirsa kita.
"Jangan salah pemirsa kita bukanlah pemirsa kritis, melainkan pemirsa yang suka menelan mentah-mentah tayangan televisi, " ujarnya.
Hamid Usman berharap, orang tua lebih berperan dalam mengawasi anak-anaknya saat menyaksikan tayangan televisi. Di samping itu, orang tua juga harus dapat memberikan penjelasan kepada anak-anaknya saat menyaksikan televisi, sehingga anak-anak tersebut mendapat filter dari tayangan yang disaksikannya tersebut. (novel)