Eramuslim.com – Rocky Gerung kembali mengecam keras pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi).
Ulasan pertama disampaikan Rocky Gerung menanggapi larangan Jokowi buka puasa bersama.
Menurutnya, kegiatan buka puasa secara umum merupakan bagian dari ibadah umat Islam.
Menurutnya, buka puasa bersama ini sesuai dengan konstitusi.
Namun kini Jokowi melarang semua menteri, PNS, dan Aparatur Sipil Negara (ASN) menyelenggarakan atau menghadiri buka puasa bersama.
“Buka puasa bersama, ibadah umat muslim, sesuai dengan Konstitusi: Dilarang,” tulis Rocky Gerung.
Tak hanya itu, ia juga mengaku kaget dengan keputusan pemerintah lainnya yang mengizinkan timnas Israel bermain di Indonesia.
Pasalnya, kehadiran Israel yang dianggapnya inkonstitusional diperbolehkan.
“Israel, penjajah dan pembunuh, tak sesuai dengan Konstitusi: Diizinkan,” tulis Rocky Gerung.
“Dimana otakmu, ngu?,” tambahnya.
Pada postingan sebelumnya, Rocky Gerung dengan tegas menolak kedatangan timnas Israel.
Ia menilai sosok yang berpihak pada penampilan timnas Israel patut dicurigai sebagai pengkhianat konstitusi.
“Ia yg menerima Israel layak diduga sebagai pengkhianat konstitusi. Titik,” ungkap Rocky Gerung lewat status twitternya @rockygerung_rg pada Rabu (22/3/2023).
Pernyataannya itu menimbulkan reaksi beragam dari masyarakat. Pro dan kontra ditulis di kolom komentar postingan.
Pimpinan MUI menyinggung larangan puasa, mengatakan tidak ada korelasinya dan ketinggalan zaman
Larangan puasa bersama yang dikeluarkan oleh Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo (Jokowi) kepada seluruh pegawai negeri sipil dan Negara Sipil (ASN) dikomentari juga oleh K.H. Muhammad Cholil Nafis, Lc., M.A. , Ph.D.
Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Bidang Dakwah dan Ukhwah periode 2021-2026 ini menegaskan tidak ada korelasi antara Covid-19 dengan berbuka puasa bersama.
Hal itu disampaikan Cholil lewat akun Instagram @cholilnafis pada Kamis (23/3/2023).
Dalam postingan berjudul `Buka Puasa Bersama’ itu, Cholil menilai Ramadan pasca covid-19 akan terasa lebih semarak.
Apalagi ketika memasuki momen buka bersama.
“Budaya buka puasa bersama adlh momentum silturrahim, konsolidasi dan kebersamaan, bahkan yg tak puasa pun ikut berbuka. Tradisi yg dibalut dg acara keagamaan yg khas Indonesia. Acara kumpul2 selama Ramadhan terasa lebih menyenangkan,” jelas Mustasyar PW NU Jawa Barat periode 2021-2026 itu.
Oleh karena itu, Ra’is Syuriah PBNU periode 2022-2027i menilai larangan puasa dengan dalih mencegah penyebaran Covid-19 tidak tepat.
“Hemat saya buka puasa bersama itu baik dan tak beda dg kumpul2 kondangan, pertemuan dg pendukung dan konsolidasi. Maka penularan covid pun bisa diantisapasi. Pelarangan acara buka puasa bersama meskipun hanya utk instansi kurang tepat dan tak sesuai dg tradisi keagamaan kita,” jelasnya
Sebab, kegiatan buka bersama menurutnya seperti halnya pertemuan masyarakat pada umumnya.
Sehingga penyebaran covid-19 dapat diantisipasi bersama.
“Pelarangan buka bersama tdk menemukan korelasinya. Krn klo alasan covid-19 sepertinya sdh usang krn acara kumpul2 yg lebih besar dan rutin lebih banyak. Klo karena anggaran tentunya banyak acara konsolidasi dan silaturrahim yg lebih besar biayanya,” ungkap Cholil.
“Jadi pelarangan buka bersama krn covid tak ada alasan yg tepat dan tak menemukan monentumnya. Lalu apa sebenarnya motivasi larangan itu? Cabut aja surat arahan tuhhhh,” ujarnya.
(dikutip dari: wartakota)