BPS: Impor di Masa Jokowi Terus Meningkat

jokowi impor listrikEramuslim.com – Badan Pusat Statistik (BPS) menyatakan bahwa impor di masa pemerintahan Jokowi pada Maret 2016 mengalami kenaikan sebesar 11,01 persen jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya, dari 10,17 miliar dolar Amerika Serikat menjadi 11,29 miliar dolar AS.
“Impor jika dibandingkan dengan bulan Februari 2016 meningkat 11,01 persen. Namun, jika dibandingkan dengan Maret 2015 lalu, turun 10,41 persen,” kata Kepala BPS, Suryamin, dalam jumpa pers di Jakarta, Jumat (15/4/2016).
Suryamin mengatakan, pada Maret 2016 impor nonmigas tercatat mencapai 9,77 miliar dolar AS atau naik 7,88 persen jika dibandingkan Februari 2016 yang sebesar 9,05 miliar dolar AS. Namun apabila dibandingkan Maret 2015 turun 5,56 persen, dimana pada saat itu tercatat impor sebesar 10,34 miliar dolar AS.
Peningkatan impor nonmigas terbesar Maret 2016 adalah golongan mesin dan peralatan mekanik 95,8 juta dolar AS atau 5,98 persen, sedangkan penurunan terbesar adalah golongan kendaraan dan bagiannya 55,2 miliar dolar AS atau 11,12 persen.
Sementara untuk impor migas pada Maret 2016 mencapai 1,53 miliar dolar AS atau mengalami kenaikan 36,25 persen dari sebelumnya sebesar 1,12 miliar dolar AS pada Februari 2016. namun, juga mengalami penurunan jika dibanding Maret 2015 sebesar 32,54 persen dari total nilai 2,68 miliar dolar AS.
“Impor minyak mentah naik 91,48 persen MoM, hasil minyak 10,78 persen, gas naik 3,57 persen,” kata Suryamin.
Secara kumulatif nilai impor Januari-Maret 2016 mencapai 31,94 miliar dolar AS atau turun 13,05 persen dibanding periode yang sama tahun 2015 yang tercatat sebesar 36,73 miliar dolar AS.
Kumulatif nilai impor pada 2016 tersebut terdiri dari impor migas sebesar 3,87 miliar dolar AS yang turun 36,51 persen, dan nonmigas sebesar 28,06 miliar dolar AS atau turun 8,37 persen.
Tiga negara asal barang impor nonmigas terbesar Januari-Maret 2016 adalah Tiongkok dengan nilai mencapai 7,13 miliar dolar AS atau mencapai 25,40 persen, Jepang 3,01 miliar dolar AS atau 10,72 persen, dan Thailand sebesar 2,38 miliar dolar AS atau 8,47 persen.
“Impor nonmigas dari ASEAN mencapai pangsa pasar 22,77 persen, sementara dari Uni Eropa 9,69 persen,” kata Suryamin, dilansir Antara.
Untuk nilai impor golongan bahan baku penolong dan barang modal selama Januari Maret 2016 mengalami penurunan dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Untuk impor golongan bahan baku penolong turun sebesar 15,21 persen dan 18,22 persen untuk barang modal.
“Sebaliknya impor golongan barang konsumsi meningkat 23,74 persen,” ujarnya.(ts/)