Untuk mengatasi resiko terkena krisis, perbankan seharusnya bisa kembali ke khitohnya (peran dasarnya) yaitu menjadi intermediasi (perantara) permodalan dan pembiayaan usaha, bukan membuat produk-produk spekulatif. Hal tersebut disampaikan oleh Gubernur Bank Indonesia (BI) Boediono dalam sambutannya pada pembukaan Festival Ekonomi Syariah kedua, di Jakarta Convention Center, Rabu (4/2).
Menurutnya, salah satu penyebab terjadinya krisis keuangan yang berdampak luas terhadap perekonomian saat ini akibat munculnya produk-produk keuangan spekulatif. Akan tetapi dengan adanya perbankan syariah yang kegiatan nyata, dapat dijadikan teladan untuk membentuk perekonomian yang kuat.
"Perbankan syariah sangat penting dan diharapkan bisa atasi krisis global. Kita sudah mendapat pelajaran berharga bahwa perekonomian yang kuat tak bisa berdiri di kegiatan spekulatif, tapi justru pada kegiatan usaha riil yang bermanfaat," katanya.
Boediono mengatakan, prinsip utama perbankan syariah adalah memfasilitasi dan membiayai kegiatan-kegiatan yang terkait dengan penyediaan barang dan jasa bagi masyaralat yaitu kegiatan-kegiatan nyata. Bank melakukan fungsi tersebut melalui intermediasi keuangan yaitu mengumpulkan dana dari pemilik dana dan menyalurkannya ke peminjam dana.
Akibat produk-produk spekulatif yang tidak memiliki pijakan tersebut membuat, dijelaskannya, instrumen keuangan semakin terlepas dari `underlying transaction` yang seharusnya melandasinya.
"Produk keuangan yang bervariasi makin canggih makin kompleks sebenarnya memiliki dampak sampingan yang fatal, yaitu makin sulit untuk dinilai resikonya," ujarnya.
Akibat dari kegiatan spekulatif tersebut, lanjutnya, kemudian berkembang menjadi gelembung (bubble) karena dinamikanya sendiri gelembung atau bubble membesar dan akhirnya pecah. Dan dari disitulah krisis terjadi.
"Dalam bingkai ini tidak selayaknya bank bermain-main dengan hal-hal yang bersifat spekulatif dan memiliki resiko tinggi. Dasar-dasar operasional perbankan inilah yang harus dipegang teguh oleh perbankan konvensional dan tentu perbankan syariah," pungkasnya. (novel)