Badan Meteorologi dan Geofisikasi belum dapat memprediksikan gempa besar yang disertai dengan tsunami akan terjadi di Indonesia, sehubungan dengan adanya pertemuan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia.
"Belum ada berita resmi yang dikeluarkan oleh BMG, itu mungkin isu saja, karena sering ada isu begini, sampai saat ini tidak ada tanda-tanda kearah sana, "ujar Petugas Pusat Gempa Nasional Yahya Darmawan kepada Eramuslim, di Jakarta, Rabu (29/5).
Menurutnya, pergerakan lempeng Indo-Australia dengan Eurasia lazim terjadi setiap tahun, di mana pergerakan itu terjadi sekitar 7 sentimenter per tahun.
Lebih lanjut Yahya menegaskan, untuk arah pertemuan keduanya yang kemudian mengakibatkan terjadi patahan atau gempa, pihak mana pun tidak ada yang bisa memprediksinya.
"Pertemuan kedua lempeng, kemudian terjadi patahan, dan kemudian melepaskan energi, seperti yang diketahui sebegai peristiwa gempa bumi, secara tektonik belum bisa diprediksi, namun kalau tsunami sudah bisa diprediksikan dengan alat yang ada, "jelasnya.
Ia menyatakan, untuk di Indonesia kemungkinan terjadi gempa besar seperti yang terjadi di Yogyakarta sangat kecil, sebab sudah terjadi pelepasan energi yang cukup besar pada peristiwa gempa beberapa waktu lalu.
Menanggapi berbagai isu yang muncul, BMG meminta warga masyarakat tetap tenang, berserah diri kepada Yang Maha Kuasa, serta tetap waspada menghadapi segala kemungkinan yang terjadi.
Sementara itu tentang gelombang pasang yang terjadi disepanjang laut selatan pulau Jawa, Yahya menambahkan, hal tersebut terjadi karena ada pergantian cuaca.(novel)