eramuslim.com – Nama Erick Thohir bisa masuk bursa pengganti Zulkifli Hasan alias Zulhas sebagai Ketua Umum (Ketum) Partai Amanat Nasional (PAN), menyusul terkoyaknya citra partai berlambang matahari itu akibat blunder menyoalkan ucapan “Amin” dalam shalat.
Pengamat politik dari Motion Cipta Matrix, Wildan Hakim mengatakan, citra PAN terkoyak akibat pidato Zulhas yang menyoal ucapan “amin” dalam salah satu bacaan shalat.
“Menyelipkan candaan atau jokes saat ceramah memang menjadi trik jitu untuk membuat khalayak atau audiens tertawa dan terhibur. Namun dalam praktiknya, candaan spontan yang kurang pertimbangan bisa membahayakan bagi si pembicara dan juga organisasi yang dipimpinnya,” kata Wildan kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (26/12).
Di masa kampanye Pemilu 2024, kata dosen Ilmu Komunikasi Universitas Al-Azhar Indonesia ini, candaan yang sensitif atau candaan tepi jurang harus dihindari oleh seluruh politisi.
Pasalnya, mereka sedang berupaya menggaet atensi konstituen atau para pemilih suara. Salah dalam melempar candaan, malah sentimen negatif yang didapatkan.
“Dalam konteks public relations politik, apa yang diucapkan Pak Zulhas itu memicu polemik. Jika polemik yang muncul tidak bisa dinetralkan, nantinya akan muncul sentimen negatif dan itu berdampak langsung terhadap citra PAN,” terang Wildan.
Karena, menurut Wildan, persepsi konstituen terhadap PAN salah satunya direpresentasikan oleh sang ketum. Kalau ketumnya bikin blunder, persepsi positif terhadap PAN yang selama ini terbangun bisa ambyar perlahan.
Sebagai seorang muslim dan PAN yang masih dianggap sebagai partai Islam, lanjut Wildan, candaan yang dikaitkan dengan agama dan ibadah seharusnya dihindari oleh Menteri Perdagangan (Mendag) itu. Jokes kekinian yang sesuai dengan selera anak muda bisa diolah untuk menggaet atensi audiens.
“Candaan Pak Zulhas ini ternyata tak hanya memicu kontroversi di warganet, namun juga dilanjutkan dengan laporan ke Badan Pengawas Pemilu. Kalau sudah masuk ke ranah hukum, berarti ada masalah serius dari candaan itu. Setidaknya dari sudut pandang si pelapor,” jelas Wildan.
Dan, tanda-tanda bahwa candaan Zulhas punya efek negatif terhadap PAN mulai terlihat pada saat beberapa fungsionaris partai tersebut membuat konten yang isinya mengklarifikasi. Dari perspektif PR politik, upaya klarifikasi itu sudah tepat. Hanya saja, blunder yang kontraproduktif terhadap citra partai politik seharusnya bisa dihindari dari awal.
“Tentu butuh pembuktian lebih lanjut, apakah blunder yang dilakukan Zulhas ini bisa memicu sejumlah elite PAN untuk mengusulkan pergantian ketum. Dari sejumlah nama figur publik, bisa saja Erick Thohir masuk ke dalam bursa. Tapi harus dikonfirmasi dulu kepada DPW-DPW PAN yang ada di provinsi. Kan mereka yang punya suara pas kongres,” pungkas Wildan. (sumber: RMOL)