Eramuslim.com – Sepanjang malam ini sebagian masyarakat mengamati dan menikmati bulan purnama di langit. Ini bukan bulan purnama biasa, melainkan bulan purnama ketiga dari empat yang muncul sepanjang musim astronomis kali ini.
Blue Moon, begitu kemunculan bulan ini biasa dikenal, menjadi ganjil karena kebanyakan musim astronomis hanya diisi tiga kali bulan purnama.
Saat empat kali muncul, bulan purnama yang ketiga seperti malam ini biasa digunakan dalam almanak tua di Amerika Serikat untuk ‘mengkalibrasi’ waktu hari raya Paskah.
Almanak itu pula yang mempopulerkan Blue Moon untuk fenomena bulan purnama ini.
Di akun media sosial Twitter milik Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (LAPAN) pada Minggu malam ini, 22 Agustus 2021, sejumlah netizen mengirim gambar-gambar pengamatannya.
Mereka berasal dari beberapa daerah di Indonesia dan memperlihatkan penampakan bulan purnama yang tidak biru itu.
Peneliti Pusat Pusat Sains Antariksa, Andi Pangerang, menjelaskan, Blue Moon, seperti bulan purnama umumnya, berdampak kepada ketinggian air laut pasang.
Menurut peneliti ahli utama LAPAN itu, ketika Blue Moon terjadi, orbit bulan miring lima derajat terhadap ekliptika atau bidang edar matahari.
Kemiringan ini disebut dengan inklinasi, jadi ada kalanya bulan agak ke arah utara atau selatan ekliptika.
Sehingga, kata Andi, meskipun jika dilihat dari arah kutub utara, antara bulan matahari, dan bumi itu tampak segaris, tapi jika melihatnya secara lateral atau dari samping, sebenarnya bulan, matahari, dan bumi ini tidak lurus.
“Sehingga ya resultan gaya pasang surutnya ini relatif lebih kecil dibanding pada saat gerhana,” tutur dia.
Tapi, jika dibandingkan dari keseluruhan fase, dari bulan baru sampai bulan baru lagi, memang air pasang lebih tinggi saat bulan purnama dibandingkan dengan hari-hari biasanya. Termasuk saat bulan purnama Blue Moon malam ini. [Tempo]