“Saya melihat hoaks ini (penyerangan ulama), ada politisnya ya. Mungkin kalau berdasarkan pengalaman di masa lalu, pengalaman menjelang reformasi sampai sekarang, ada banyak motif terjadinya penyerangan kepada ulama,” ungkap Mahfud.
Lebih lanjut, menurut dia, fenomena penyerangan ulama itu merupakan propaganda untuk mengadu domba keberagaman Indonesia.
“Kemungkinan itu memang adu domba menjelang pesta demokrasi. Itu mungkin kelanjutan hiruk-pikuk di Pilgub Jakarta lalu. Sehingga politik identitas dan SARA selalu ditonjolkan, kita hanya diadu domba,” ujar dia.
Mahfud menambahkan, polisi harus tegas menindak, tidak boleh terpengaruh oleh intervensi politik.
“Saya kira polisi harus mengungkapkannya secara benar. Polisi harus profesional dan harus membuktikan tidak ikut politis,” tutupnya. (kmpr)