Eramuslim.com – Setiap anggota militer yang mau berpolitik atau ingin menjadi presiden harus melepaskan keanggotaannya dari militer. Demikian pula presiden, sebagai panglima tertinggi angkatan bersenjata justru harus berbaju sipil.
“Itu (presiden berbaju sipil) simbol paling tegas dari civil supremacy dalam demokrasi,” tegas Wakil Sekretaris Jenderal Partai Demokrat, Rachland Nashidik melalui rilisnya seperti dilansir RMOL (17/6).
Hal ini dikemukakan Rachland menanggapi penampilan Presiden Joko Widodo yang tetap mengenakan seragam militer saat menerima tamu di Istana Negara, Jakarta, (16/6).
Lebih lanjut Rachlan mengingatkan, di Indonesia, imperatif demokrasi itu diwujudkan dengan darah, airmata, bahkan nyawa rakyat, termasuk mahasiswa dan buruh. Itu sebabnya, saat Jokowi berbaju militer dan menerima tamu di Istana, ia menilai Jokowi bukan cuma menggelikan. Jokowi juga secara memalukan memamerkan keterbatasan kemampuannya.
“Dan lebih buruk, menunjukkan betapa rendahnya penghargaan Presiden pada sejarah perjuangan demokrasi kita,” kritiknya. Sepengetahuan dirinya, sepanjang sejarah RI, baru kali ini ada presiden memakai seragam militer ketika menjalankan tugas sehari-harinya di Istana.
“Padahal dia sipil. Presiden yang berlatar belakang militer saja tidak pernah,” sindir Rachland yang juga dikenal sebagai pegiat anti kekerasan.(rz)