"Didiklah Anakmu sesuai zamannya" hadist Nabi Muhammad SAW ini yang menjadi dasar bagi para orang tua untuk memberikan pendidikan yang berkualitas untuk kemajuan buah hati mereka.Tetapi ada kecenderungan, pendidikan yang berkualitas dan bergengsi hanya bisa diperoleh diluar negeri, karena di Indonesia masih sangat jarang.
Kebutuhan untuk memperoleh pendidikan yang berkualitas baik dari sisi keIslaman dan kurikulum berbasis internasional, saat ini bisa didapatkan tanpa harus keluar negeri, sebab Jakarta Islamic School (JISc) menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk mengenyam pendidikan Islam yang bertaraf internasional.
" Apa yang dilakukan oleh kita sekarang ini, sebenarnya sudah dilakukan oleh sekolah-sekolah non muslim, sekolah internasional dengan cara berfikir yang kreatif, tapi di sini yang Islam sangat jarang. Bahkan kita lihat kalau kurikulum, kurikulum internasional dan Diknas, itu bedanya jauh banget, tapi di sini kerja keras JISc untuk mengkombinasikan keduanya karena gak mungkin, kita menghasilkan anak-anak dengan kurikulum internasional, tapi dia lupa dengan Indonesia. Ini pekerjaan berat bagi kita para guru, bagaimana mengkombinasikan ketiga hal, Islamic, Internasional, dan Indonesia, " jelas Direktur yang juga Kepala Sekolah Jakarta Islamic School (JISc) Proklawati Jubilea, SE, Msc yang akrab disapa Mam Fifi kepada Eramuslim di sela-sela Acara JISc Expo, di Jakarta, Ahad(20/4).
Mam Fifi mengakui, kurikulum standar di Indonesia dengan Internasional memang berbeda jauh, meski buku atau sumbernya hampir mirip, namun cara mengajarkannya kepada anak didik sangat berbeda.
"Kalau cara-cara barat menyuruh anak berfikir, proses berfikirnya yang diutamakan, sehingga anak-anak mendapatkan sesuatu tidak sama persis dengan sumber (text book), selain itu kita lihat dari segi teknologi informatika (IT) mereka sudah diperkenalkan sejak sekolah dasar, sehingga bisa mendesain website sendiri, " katanya.
Memaknai hadist ""Didiklah Anakmu sesuai zamannya", lanjut Mam Fifi, memberikan pendidikan yang berkualitas disertai dengan pengajaran agama juga harus kuat, dalam rangka menangkal arus keterbukaan informasi.
"Yang penting bukan kita melarang anak tapi membantengi anak, bagaimana dia bisa bertahan (survive), dan menjadi pemimpin paling tidak untuk dirinya sendiri. Pemimpin itu orang yang mampu mengatasi masalah. Oleh karena itu untuk mengatasi masalah mereka harus memiliki skill, satu kedua mereka harus memiliki thinking skill (kemampuan berfikir), bagaimana memecahkan masalah, " ujar wanita kelahiran 17 Agustus 1970 ini.
Ia menyatakan, proses pendidikan dengan tiga kurikulum sekaligus ini, tidak akan berhasil tanpa kualitas dan kerja keras dari para guru. Dirinya merasa optimis apabila guru diseluruh Indonesia bisa seperti kualitas guru disekolahnya, pasti Indonesia akan cepat maju seperti negara-negara lain.
Sekolah terdiri para siswa yang memiliki kemampuan bahasa Inggris dan Arab ini berada di empat tempat, Kalimalang- Jakarta Timur, Joglo-Jakarta Barat, Bagoro, dan Depok ini. Sekolah mulai tingkat TK sampai dengan SMA ini mendidik para siswanya untuk memperoleh sertifikat IGCSE (O’level n A’level) dari British Cambridge.
"Kami berupaya membuat yang bagus, cuma gak perlu kebule-bulean, misalnya buka kerudung, sok Amerika, gak perlu. Yang penting ilmunya yang bagus diambil, Diknas jangan dilupain, karena mereka tinggal di Indonesia. UN sama, tapi pulangnya sampai sore karena tiga kurikulum, " jelasnya.
Mengenai kegiatan JISc Education Expo 2008 yang diselenggarakan pada 18-20 April lalu, Ia menjelaskan, itu merupakan ajang bagi para siswa untuk mengekspresikan dan mempresentasikan apa yang sudah mereka pelajari selama jam sekolah dikelas. Dalam acara ini, peserta didik diperkenankan untuk menampilkan hasil karya, dari bidang IT, Arabic, English, Fun Cooking, dan Leadship project. Dalam pantauan Eramuslim, mereka juga menampilkan hasil karya seni mulai dari seni rupa, seni lukis, sampai seni suara melalui kelompok Nasyid, dan juga seni bela diri asal China Yushu. (novel)