Dihubungi secara terpisah, Direktur Eksekutif Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia Mohammad Faisal mengatakan, bagi masyarakat yang terlanjur tak memiliki tabungan ketika sudah resesi, bukan berarti harus menahan konsumsi demi menyimpan uang. Pasalnya, menahan konsumsi justru akan memperburuk kondisi ekonomi Indonesia yang sangat bergantung pada konsumsi rumah tangga.
“Masyarakat yang punya pekerjaan berarti harus berjaga-jaga. Jadi mempunyai tabungan. Kalau punya aset menyimpan yang lebih aman atau stabil, seperti properti, emas, kalau yang sudah punya aset. Tapi ya saya tidak menganjurkan untuk ekstra hemat. Karena itu kan dampaknya ke ekonomi terhadap konsumsi itu bisa lebih menekan lagi. Apalagi kalau sampai panik. Justru itu bisa memperdalam krisisnya,” papar Faisal.
Hal senada juga diungkapkan oleh Direktur Eksekutif Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Tauhid Ahmad. Ia menegaskan, cara paling ampuh menghadapi ialah tetap menjaga konsumsi.
“Kalau di resesi menurut saya tetap konsumsinya nggak boleh turun, jadi tetap kebutuhan minimum nggak boleh kurang. Jadi justru ketika ada resesi kan agar ada spending tetap berjalan. Kalau semakin turun ya dia akan memperburuk pertumbuhan ekonomi, terutama dari sisi masyarakat atau rumah tangga,” tandas Tauhid.(dtk)