Eramuslim.com – Dukungan dan pembelaan terhadap Ustaz Abdul Somad (UAS), pasca ancaman dan intimidasi yang diterimanya hingga membatalkan jadwal ceramahnya di Pulau Jawa, dari sejumlah tokoh, ulama, dan aktivis Islam terus disampaikan. Intinya, umat siap mencari siapa dalang yang melakukan persekusi terhadap UAS, dan umat Islam siap turun ke jalan membela ulama yang telah dizholimi oleh preman dan tokoh radikal yang hendak membuat kacau di negeri ini.
“Maka jangan salahkan umat Islam yang cinta ulama akan turun melawan penghianat agama negara tersebut,” kata Juru bicara Persaudaraan Alumni (PA) 212 Habib Novel Bamukmin dihubungi Harian Terbit, Senin (3/9/2018).
Menurutnya, pihak yang menolak dakwah UAS sudah keluar dari batas kewajaran. Sayangnya negara tidak hadir dalam menjamin warganya untuk menyampaikan dakwahnya atau menyampaikan aspirasinya. Oleh karena itu pihaknya mendorong agar UAS membuat pelaporan ke jalur hukum terhadap oknum – oknum yang mempersekusinya.
“Saya sebagai pengacara bersama tim advokat muslim lainnya akan siap mendampingi UAS,” tegas Novel yang tergabung dalam tim Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) ini.
Novel menilai, ada oknum yang menolak ceramah UAS karena selama ini ceramah yang disampaikan UAS sangat tegas membela kebenaran dan tidak takut melawan kebatilan serta pengkhianatan. Selama ini UAS masih istiqomah melawan pendukung penista agama dan kriminalisasi ulama. Karena mereka yang mempersekusi UAS adalah orang orang menyimpang dari agamanya. Mereka bergerak mencari kepentingan perut dan syahwat namun mengatasnamakan agama.
Cari Dalangnya
Sementara itu, Ketua Majlis Ta’lim dan Sholawat An Nur, Ustadz Anugrah Sam Sopian Hamid mengatakan, wajib bagi umat Islam untuk waspada dan cari siapa dalang dibalik aksi-aksi penolakan terhadap UAS.
Sopian pun mengaku siap berhadapan dengan penolak dakwah UAS untuk bertabayun dengan tuduhan UAS anti NKRI. Hal tersebut dilakukan untuk meminta klarifikasi. Adanya pihak yang menolak dakwah UAS jangan sampai menjadi bahan adu domba kelompok-kelompok yang mengambil keuntungan dibalik keruhnya suasana. “Kami siap bela kebenaran dan keadilan bagi pihak yang menolak dakwah UAS,” tegasnya.
Kelewat Batas
Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI Fahira Idris mengatakan, penolakan terhadap dakwah yang dilakukan UAS dengan alasan yang mengada-ngada dan sangat tendensius sudah kelewat batas. Terlebih semua pelarangan ini disertai ancaman dan intimidasi yang sangat merugikan pribadi UAS sebagai pendakwah.
“Alasan penolakan UAS itu kan seperti kaset rusak. Itu-itu saja yang dijadikan alasan. Tuduhan bahwa UAS hanya dijadikan domplengan oleh ormas radikal sangat tidak masuk akal dan merendahkan nalar umat dan jamaah yang mengundang UAS berceramah. Saya rasa ini sudah kelewatan dan preseden yang tidak baik bagi negeri ini,” ujar Fahira di Jakarta, Senin (3/9/2018).
Lewat akun Facebook dan Instagram resminya UAS mengumumkan bahwa karena kerap mendapat ancaman, intimidasi dan pembatalan ketika ingin menyampaikan tausiah di beberapa daerah seperti di Grobogan, Kudus, Jepara dan Semarang, UAS akhirnya membatalkan rencana ceramah dalam tiga bulan ke depan di Jawa Timur, Jawa Tengah dan Yogyakarta.
Padahal, UAS, dalam setiap ceramahnya selalu menyebarkan pesan bahwa Islam adalah agama rahmatan lil ‘alamin dan pentingnya persatuan sehingga kerap diundang berbagai institusi pemerintahan, polisi, dan TNI. Selain itu, UAS pernah diundang ceramah di depan Wapres, Wakapolri, Kepala BIN, KSAD, bahkan pernah satu panggung dan berdiskusi dengan Kapolri di sebuah acara kajian di stasiun TV swasta. Bahkan, terakhir UAS memberikan tausiyah dalam acara syukuran dan doa bersama menyambut peringatan Hari Ulang Tahun Ke-73 MPR RI.
“Menuduh UAS didomplengi kelompok radikal, sama artinya menafikan dan tidak menganggap tokoh-tokoh penting dan institusi negara yang pernah mengundang UAS,” tambahnya.
Direktur The Community of Ideological Islamic Analyst (CIIA), Harits Abu Ulya mengatakan, yang menolak dakwah UAS sudah jelas semangatnya sentimen golongan dan prabayar oleh kelompok kepentingan politik. Karena semua pihak yang dianggap membahayakan kepentingan status quo untuk 2 periode ke depan caranya dengan dimonsterisasi agar umat Islam tidak respek lagi. “Tapi cara ini vulgar kasar dan dengan nalar cupet (cetek),” ujar Harits kepada Harian Terbit, Senin (3/9/2018).
Harits menilai, yang menolak dakwah UAS dilakukan oleh kelompok yang sama. Harits pun menyarankan bagi kelompok yang menolak dakwah UAS untuk berhenti membuat kebodohan di ruang publik sebelum terkubur lebih dalam akibat kebodohannya dan fitnah-fitnah yang menyesatkan. Ingat hukuman dari Allah pasti menunggu. Namun itu pun bagi mereka yang mempunya iman. [htc]