Eramuslim.com – Hari Kamis kemarin, Bu Fida (Suratmi), istri alm. Siyono menyampaikan bahwa ia telah mengajak kelima anaknya ke makam. Ia percaya anak-anaknya siap menerima apapun kondisi yang harus dijalani, meskipun Ibrahim dan Hilmi (anak ke-4 & 5) masih sering menanyakan ayahnya, dan Fatimah (anak pertama) masih kelihatan murung.
Hilmi sering bertanya, ”Mi, Abah awah?, Abah awah”? (Mi, Abah ke sawah? Abah ke sawah?) katanya sambil menunjuk arah sawah, meminta Umminya mengantarkan dia ke sawah menjemput Abah.
Ibrahim sering bertanya, “Mi, Abah kok ora mantuk-mantuk, Kapan mantuk Mi?” (Mi, Abah kok nggak pulang-pulang? Kapan pulang Mi?) Rosyidah dan Isa (anak ke-2 & 3) tampak lebih tegar, sementara sejuta tanya pasti bergelayut di benak Fatimah, si anak sulung, “Mengapa abahku dibunuh?” “Mengapa Abahku yg baik dibilang penjahat sama koran dan TV?” “Mengapa? Mengapa?Mengapa?”
“Saatnya saya bicara sama anak-anak Bu,” Kata Bu Fida. Hari Selasa, ia mengajak anak-anaknya ke makam. Bu Fida bicara pada anak-anaknya di depan makam:
“Anak-anakku, Abah sekarang sudah tidur, sudah tenang, dan sudah bahagia. Jadi anak-anak tidak boleh bersedih.”
“Abah sudah di surga, jadi tidak kembali lagi kesini. Ibrahim dan Hilmi tidak usah lagi menanyakan Abah ya?”
Ibrahim bertanya, “Abah ora mantuk Mi?” (Abah nggak pulang Mi?).
Bu Fida menjawab, “Ora Mas, Abah ora mantuk” (Tidak Mas, Abah tidak pulang)
Entah apa kemudian yang dirasakan Ibrahim dan apa yang ada dalam pikiran anak 4 tahun ini, waktu yang akan menjawab.
———–
Demi Allah…
Bu Fida (Suratmi) benar-benar Ibu yang cerdas, penuh keyakinan dan iman. Ia bukan psikolog, psikiater atau konselor, namun ia sudah menjalankan proses trauma healing untuk anak-anaknya, ia mengikis post traumatic syndrome disorder ( #PTSD ).
#1. Ia membantu anak-anaknya menghilangkan bayangan peristiwa traumatis.
#2. Ia selalu mengajak anaknya berpikir positif.
#3. Ia menghindarkan anaknya dari perasaan tidak berdaya.
#4. Ia tidak emosional dan mengajarkan anaknya mengelola emosi.
#5. Ia tidak mengisolasi diri meski berduka, ia ajarkan pula anaknya demikian.
#6. Ia membangun harapan masa depan yang cerah bagi anak-anaknya.
———–
Siapapun yang melihat ketegaran Bu Fida pasti akan mengatakan “wah, bojone Siyono sangat pemberani.” *masyarakat umum berkomentar.
Satu hal yang selalu ia lakukan adalah melakukan sholat istikharah sebelum mengambil keputusan dan meyakini apapun kemantapan hatinya.
“Saya sudah sholat istikharah bu, hati saya menolak untuk tanda tangan, jadi saya tidak tanda tangan meski semua orang termasuk aparat & keluarga mendorong saya untuk tanda tangan. (*tidak menuntut densus)
”Saat itu saya benar-benar sendiri, Allah yang selalu ada.”
#Istikharah
Di masalah yg lain…
“Saya sudah sholat istikharah bu, hati saya mantap menuntut keadilan atas suami saya, saya yakin harus ada autopsi
Keputusan penting lain…
“Saya sudah sholat istikharah bu, hati saya sudah yakin tidak akan membuka rekening bank, meskipun banyak simpatisan yang meminta rekening supaya memudahkan mereka membantu kami sekeluarga.”
Bu Fida mengatakan ia sangat menghargai para pihak yang sudah membantunya, baik itu moral maupun material, tapi…
Ia ingin meluruskan niat perjuangan…
…jangan sampai kemudian dimanfaatkan oleh pihak-pihak tertentu.
“Supaya barokah Bu…”
“Rejeki sudah diatur oleh Allah, tidak perlu risau memikirkannya, kita hanya perlu ikhtiar menjemput Rizki yang halal.”
———–
Tiga hari setelah autopsi, Bu Fida sudah beraktivitas seperti biasa, ia belanja di tukang sayur dan menyabit rumput di ladang.
“Kambing-kambing dan Sapi-sapi harus diberi makan Bu, simbah mengurus sawah, dan saya yang mengurus ternak.” katanya.
Ibu-ibu tetangga yang menemuinya sedang belanja sayur dan menyabit rumput selalu memeluknya menyampaikan rasa simpati…
“Maaf Mbak Fida, belum sempat berkunjung, dulu kami takut kalau sekarang kami sungkan, banyak tamu dari jauh di rumah mbak Fida.”
———–
Sepenggal kisah Bu Fida, #Suratmi, perempuan desa, hafidzah, satu-satunya keluarga korban densus yang berani mencari keadilan.
———–
Sesungguhnya orang-orang yang beriman ialah mereka yang bila disebut nama Allah gemetarlah hati mereka…
(QS 8:2)
Oleh : Dwi Estiningsih (Psikolog Pendamping Keluarga Alm Siyono)
(ts/muslimahzone)