eramuslim.com – Setelah kalah dalam Pilpres 2024, Anies Baswedan memutuskan untuk kembali mengikuti Pilkada Jakarta.
Sayangnya di tengah perjalanan, Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 itu gagal mendapat tiket dari parpol. Sehingga niatan maju Pilkada Jakarta harus pupus.
Hal ini pun ditanyakan motivator Merry Riana kepada Anies Baswedan saat menjadi narasumber di kanal Youtubenya.
Merry bertanya ke Anies mengenai mana yang lebih menyakitkan, kalah dalam Pilpres atau tidak bisa maju dalam Pilkada?
Mendapat pertanyaan ini eks Capres Koalisi Perubahan itu tertawa. Anies menegaskan bahwa baginya, ini bukan tentang rasa sakit atau tidak, melainkan tentang proses demokrasi yang harus dijalani dengan baik.
“Ini adalah satu proses yang semua kita tahu, bahwa di ujung akan ada yang ditetapkan sebagai terpilih dan tidak terpilih,” kata Anies dikutip redaksi, Senin (7/10).
Anies mengibaratkan, dalam setiap kompetisi, seperti dalam pertandingan bulu tangkis, pasti ada yang terpilih menjadi juara dan ada yang tidak.
Sama halnya dengan Pilkada, yang penting bukan hasilnya, melainkan bagaimana proses demokrasi tersebut dijaga.
Anies menyatakan bahwa demokrasi berada dalam bahaya jika tiga hal tidak dijalankan dengan baik yaitu wasit yang netral, adanya lawan tanding, dan aturan main yang tegak.
“Tapi kalau wasit dikendalikan, yang kedua lawan ditiadakan, yang ketiga aturan main diubah-ubah, berarti demokrasi kita sedang dalam bahaya,” tegas mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan itu.
Anies menggarisbawahi bahwa kalah di Pilpres ataupun gagal maju Pilkada bukan melulu soal dirinya. Utamanya adalah bagaimana menjaga kesehatan demokrasi di Indonesia.
“Jadi ketika tiga ini terjadi, yang dalam bahaya itu demokrasi kita. Ini bukan soal Anies,” tandasnya.
(Sumber: RMOL)