Beda Antara Muhiddin Dengan SBY

Sangat kontras yang dilakoni antara Presiden SBY dengan Walikota Banjarmasin. Presiden SBY mengatakan selama tujuh tahun gajinya tidak pernah naik, dan bercerita didepan para parwira TNI dan Polri di Mabes TNI Cilangkap. Sedangkan Muhiddin, Walikota Banjarmasin justru tak pernah menikmati gajinya sebagai kepala daerah.

Walikota Banjarmasin itu tak pernah menikmati gajinya yang jumlahnya Rp 6 juta – Rp 8 perbulan. Muhiddin menyumbangkan seluruh gajinya itu kepada rakyatnya.

Walikota Banjarmasin itu tidak pernah mengeluhkan gajinya yang jumlahnya Rp 6 juta – Rp 8 perbulan. Sebagai pejabat daerah dilakoninya amanah yang sudah diterimanya dari rakyat. “Sudah sejak awal saya niatkan gaji itu saya sumbangkan seluruhnya kepada masyarakat”, ucapnya kepada wartawan kemarin.

Niatnya yang tulus itu, dan tidak mengambil gaji sudah dilakukannya sejak dirinya terpilih menjadi anggota DPRD Kalimantan Selatan pada 2009. “Apa yang saya dapat sudah cukup, sehingga gaji setiap bulannya lebih baik disumbangkan”, tambahnya.

Tidak berlebihan bila mengungkapkan apa yang disebut ‘cukup’ oleh Muhiddin itu, karena Muhiddin sebagai salah satu pengusaha batu bara papan atas di Kalimantan Selatan.

Dibagian lain, sejumlan anggota Komisi III menggalang dana untuk gaji Presiden. Di sela-sela istirahat rapat kerja dengan Kapolri, anggota Komisi III Bambang Soesetyo (Golkar) bersama-sama kawannya menaruh sebuah kotak transparan bertuliskan ‘Koin untu Presiden’, di pintu masuk ruang rapat pimpinan Komisi III. Selain, Bambang Soesetyo, Syarifuddin Sudding dan Desmon J.Mahesa turut memasukkan koin.

Sekarang di milis-milis dan tweeter ramai ajakan menggalang dana ‘koin’ untuk membantu menambah gaji Presiden, yang menyatakan selama tujuh gajinya tidak pernah naik. Presiden gajinya masih belum cukup yang jumlahnya Rp 62 juta, ditambah dana taktis, yang jumlahnya Rp 2 miliar setiap bulannya.

Di Solo kemarin, berlangsung aksi unjuk rasa dalam bentuk theateretikal sebagai bentuk wujud kekecewaan terhadap pernyataan Presiden SBY, yang menyebut gajinya tidak pernah naik selama tujuh tahun. Aksi yang berlangsung di Gladak Solo itu, mengundang senyum masyarakat yang ada di sekitar Gladak, di mana para pengguna sepeda motor, berhenti melihat aksi unjuk rasa itu.

Mereka membuat poster-poster yang sangat menggelitik, “Katanya mengabdi , kok Mikirin Gaji”, atau “Gajinya 1 Triliun Presiden Malah Pikun”, membuat sejumlah pengguna motor yang tengah melintas tak kuat menahan tawa mereka.

Dalam orasinya Koordinator Aksi, Bambang Saptono, mengatakan, “Pernyataan Presiden soal gaji itu tidak pantas”, ujarnya. “Namun, warga miskin cukup bijaksana. Mereka tidak keberatan gaji Presiden Rp 1 triliun perbulan, tetapi dengan syarat tidak ada lagi pengangguran dan kemiskinan”, tambahnya.

Bambang Saptono, “Apakah saudara-saudara bersedia gaji Presiden Rp 1 triliun perbulan?”

Tukang becak, “Bersedia”.

Bambang Saptono, “Uangnya dari mana?”

Tukang becak, “Dari Gayus”.

Bambang Saptono, “Terus rakyat makan apa?”

Tukang becak, “Makan tikus”.

Begitulah dialog koordinator Bambang Saptono dengan para tukang becak yang menjadi peserta aksi di Gladak, Solo, Jawa Tengah kemarin.

Sementara itu, Ketua Nasdem (Nasional Demokrat), Suryo Paloh menanggapi pernyataan Presiden SBY, yang mengeluhkan gajinya, menyatakan, pernyataan Presiden SBY itu bisa melemahkan motivasi rakyat. Karena sebagian besar rakyat Indonesia gajinya jauh dibawah gaji Presiden.

“Andaikan jarum jam bisa kembali berputar ke belakang, saya adalah orang yang pertama yang akan berbisik kepada SBY, supaya ia jangan mengungkapkan hal tersebut di depan publik”, ucap Ketua Nasdem Surya. “Ini sungguh-sungguh melemahkan movitasi rakyat kecil di seluruh Indonesia yang gajinya tidak lebih besar dari gaji Presiden", tambahnya.

Presiden juga lupa atau tidak mendengar kalau rakyatnya ada yang mati kelaparan dan bunuh diri, karena mereka miskin. Tetapi, Presiden kok mengatakan gajinya tujuh tahun tidak naik. Lebay. (m/mi/kps)