Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) menyalurkan bantuan 500 juta rupiah kepada 10 ormas Islam untuk pembinaan Dai didaerah terpencil. Program Pembinaan Dai di daerah terpencil ini merupakan turunan program besat BAZNAS yang tema "Indonesia Taqwa."
Kesepakatan kerjasama ini ditandatangai oleh perwakilan ormas dan lembaga Islam yang menerima bantuan masing-masing sebesar 50 juta rupiah, antara lain MUI, Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU), Muhammadiyah, PERSIS, DDII, Baitul Mal Hidayatullah, Persatuan Tarbiyah Islamiyah, IKADI, Salamah Foudation, dan Yayasan Haji Karim Oei. Penandatangan langsung disaksikan oleh Ketua Umum BAZNAS Didin Hafidhuddin, dan juga Dirjen Bimas Islam Depag Nasaruddin Umar, di Kantor BAZNAS, Jakarta, Selasa(1/4).
Ketua Umum BAZNAS Didin Hafidhuddin mengatakan, perbaikan ketakwaan umat mempunyai dampak positif terhadap perkembangan masyarakat, sebab akan membawa pada peningkatan kualitas keIslaman terutama didesa-desa terpencil.
"Bagaimana para mualaf-mualaf itu bisa belajar Islam dengan baik, bisa baca Al-Quran, sehingga diharapkan bukan hanya sekedar menjadi muslim, tapi muslim yang bermanfaat untuk lingkungannya, tentu saja untuk itu semua memerlukan bimbingan ulama, " katanya.
Namun, menurutnya, untuk mengirimkan pada Dai ke daerah terpencil bukan hal yang mudah, karena tentunya memerlukan dana yang tidak sedikit. Oleh sebab itu, BAZNAS sebagai lembaga yang diamani pemerintah untuk mengelola zakat di tingkat pusat, berupaya mengelola dana tersebut untuk mengaktifkan kembali peran dai di daerah terpencil.
"Kegiatan ini dalam rangka menyadarkan ada persoalan yang kita abaikan, para Dai yang aktif ke daerah terpencil tidak terperhatikan kesejahteraan, masa depan anak-anaknya, dan sebagainya, " ujarnya.
Didin berharap, penyaluran dana zakat untuk membina para Dai di daerah ini akan berhasil, dan kesadaran umat Islam untuk menunaikan kewajiban zakat semakin meningkat, sebab potensi zakat untuk kemajuan dan kesejahteraan sangat besar.
Senada dengan itu, Dirjen Bimas Islam Depag Nasaruddin Umar berharap program Indonesia Takwa ini akan efektif, di tengah berbagai persoalan yang sedang dihadapi umat di tanah air.
Ia mengakui, saat ini telah terjadi pergeseran, di mana para Dai di daerah terpencil karena tuntutan ekonomi, akhirnya meninggalkan desanya untuk mengadu nasib di kota besar, pada akhirnya kegiatan keIslaman yang seharusnya didukungnya terpaksa berhenti.
"Ada daerah terpencil yang berbulan-bulan tidak melaksanakan shalat Jum’at karena tidak ada khatibnya, " katanya.
Nasaruddin mengatakan, dengan adanya program pembinaan terhadap para Dai, lembaga lain bisa lebih terketuk untuk memperhatikan upaya penyebaran dan pengembangan Islam hingga kepelosok negeri ini. (novel)