Menghafal Al-Quran akan lebih terasa ringan dan efektif bila diterapkan dengan metode yang tepat.
Salah satu caranya adalah dengan mencicil ayat demi ayat per hari secara berkesinambungan.
Hal inilah yang diyakini oleh Ustadz Yusuf Mansur, pengasuh pondok Program Pembibitan Penghafal Al-Qur’an (PPPA) Yayasan Daarul Quran Nusantara saat meresmikan program Mobile Quran dan Qur’an Call sebgai bagian dari program One Day One Ayat sekaligus menandatangani kesepakatan kerja sama dengan BAZNAS untuk mensinergikan program tersebut dengan program kaderisasi 1000 Ulama BAZNAS di kantor PPPA Darul Quran, Kawasan CBD, Ciledug, Tangerang.
”Pada intinya, kami mendukung program 1000 Ulama dari BAZNAS secara finansial dan kelak ketika para alumi program ini (lulusan S-1 dan S-2 untuk program kajian Islam) lulus, mereka harus hafidz Quran (hafal Al-Quran) dan menjadi pengasuh pondok-pondok pesantren Tahfidz Qur’an yang kami dirikan kelak,” jelas Yusuf Mansur.
Menurutnya, melalui sinergi ini diharapkan akan terbentuk kader-kader hafisz Qur’an yang tangguh yang tidak saja menguasai ilmu Al-Quran namun juga ilmu akademis lainnya yang berguna untuk diterapkan membangun umat.
Senada dengan hal tersebut, ketua Umum BAZNAS, Prof. Dr. K.H. Didin Hafidhuddin, M.Sc, menyatakan bahwa dengan sinergi kedua program ini diharapkan akan lahir para cendekiawan Islam yang mampu menjawab tantangan zaman. ”Kita sekarag tidak hanya berjihad secara fisik maupun finansial namun juga secara pemikiran,” ujarnya.
Menurutnya, untuk menghadapi serbuan paham-paham ke-Islaman yang menyimpang dengan mencampuradukkan akidah beragam agama di kalangan umat maka para ulama perlu dibentengi dengan ilmu kajian pemikiran Islam yang mumpuni. ”Diharapkan, dengan kemampuan hafidz dan tafsir Quran yang kokoh, para ulama ini mampu memberikan arahan yang tepat kepada umat yang kebingungan dengan munculnya paham-paham baru seperti liberalisme dan sekularisme yang menyimpang, ”jelas kiai yang juga dosen di Universitas Ibnu Khaldun Bogor ini.
Program Kaderisasi 100 Ulama merupakan kerjasama antara BAZNAS dengan Dewan Dakwah Islamiyah Indonesia (DDII) yang bertujuan mencetak 1000 ulama yang memiliki kriteria penguasaan ulumuddin yang baik, menguasai bahasa Arab dan Inggris, mampu menjawab tantangan kontemporer dengan tepat, berjiwa jihad yang tinggi, memiliki kemampuan leadership dan komuniasi secara lisan dan tulisan dengan baik dalam kurun waktu 10 tahun dari 2008 hingga 2018.
Kegiatan ini dilatarbelakangi kebutuhan terhadap dai yang meningkat di Indonesia seiring semakin meluasnya paham sekuler dan liberal di kalangan umat Islam bahkan di kalangan ulama Islam sendiri. Melalui program ini, tahun lalu, Dewan Dawah telah memberi beasiswa kepada 46 aktivis Dawah untuk mengambil studi S-2 di bidang pemikiran Islam di universitas Muhammadiyah Surakarta dan Universitas Ibnu Khaldun Bogor.
Selain itu Dewan Dawah juga telah mengirimkan 5 orang mahasiswa S-3 untuk mengambil program doktor di bidang Pendidikan Islam di UIKA Bogor. Diharapkan pada tahun 2018 melalui program ini dapat tercetak 400 ulama yang berkiprah di masyarakat, 400 master dan 200 doktor di bidang tafsir, syariah, Hadist, pendidikan Islam, Sejarah Islam dan beberapa studi Islam lainnya. Program sepuluh tahun ini diperkirakan akan membutuhkan biaya total sekitar Rp26 miliar rupiah.
Program ini merupakan bagian dari program INDONESIA DAKWAH yang ditujukan untuk mendukung program dakwah di Indonesia (ful).