Pada dasarnya, ungkap laporan Bank Dunia, mengimpor modal untuk membiayai pertumbuhan investasi yang lebih tinggi bukanlah masalah. “Yang menjadi masalah adalah Indonesia membiayai CAD dengan arus modal yang rawan terbang dari investor portofolio,” ungkap Bank Dunia dalam laporan yang disampaikan pula ke berbagai media.
Seharusnya, tambah aporan itu, pengurangan CAD dipacu oleh arus masuk modal yang lebih stabil seperti FDI yang berorientasi ekspor. Selain tidak mudah keluar dan masuk layaknya investasi portofolio, FDI juga menciptakan lapangan pekerjaan di dalam negeri yang dapat mendorong pertumbuhan ekonomi secara keseluruhan.
Namun, sampai saat ini arus masuk FDI ke Indonesia kecil. Dalam lima tahun terakhir, Bank Dunia mencatat, rata-rata arus masuk FDI ke Indonesia hanya 1,9 persen terhadap PDB. Angka ini jauh di bawah Kamboja yang 11,8 persen dari PDB, Vietnam 5,9 persen, Malaysia 3,5 persen, dan Thailand 2,6 persen terhadap PDB. [mc]