Bambamg Irawan Hafiluddin (62 tahun) mantan petinggi aliran sesat Islam Jama’ah wafat, Senin siang 22 Dzulhijjah 1431H/29 November 2010, di Jakarta, setelah beberapa hari mengalami sakit.
Almarhum dishalati di masjid dekat rumahnya di Gandaria Jakarta Selatan, ba’da maghrib, diimami oleh puteranya, Ustadz Yahya. Namun adik almarhum yang masih aktif di LDII bahkan termasuk jajaran pimpinan, tampaknya tidak ikut menshalati jenazah abangnya ini, walau beberapa kali dia menengok ke rumah almarhum sebelum dibawa ke masjid, dan bahkan dia bilang ke penta’ziyah bahwa almarhum akan dishalati di masjid ba’da maghrib.
Jenazah langsung dibawa untuk dimakamkan di TPU (Taman Pemakaman Umum) Tanah Kusir Jakarta Selatan seusai dishalati oleh sejumlah tokoh dan Ummat Islam.
Mantan pentolan aliran sesat Islam Jama’ah
Situs Hidayatullah.com memberitakan, Bambang Irawan pernah bergabung dengan Islam Jamaah yang sekarang dikenal dengan Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII) dan dipercaya menjadi tangan kanan ‘sang amir’ Nurhasan Ubaidah Lubis. Dalam waktu yang bersamaan, Bambang dijadikan menantu kesayangan Nurhasan.
Sebelum "bertaubat" dan mengaku menyesali, Bambang diberi tugas untuk mencari dan mengajak pengikut baru untuk bergabung menjadi jamaah LDII. Bambang pun berhasil merekrut banyak jamaah, baik dari dalam maupun mancanegara.
Tahun 1974–1980, Bambang diajak bersama Nurhasan Ubaidah Lubis untuk mukim di Mekkah, dalam rangka menuntut dan memperdalam ilmu agama Islam. Saat itu, Bambang banyak bertemu dengan tokoh ulama, antara lain dengan Syaikh Abdul Aziz bin Baz.
Dalam diskusinya, Bambang mengaku tersadar ajaran aliran Islam Jamaah/LDII jelas-jelas merupakan ajaran yang menyimpang dari konsep Islam yang diajarkan dalam al Qur’an dan Hadits Rasulullah saw.
Memasuki tahun 1983, Bambang Irawan secara terang-terangan menyatakan "taubat" dan keluar dari LDII. Sejak itu Bambang aktif menjadi pendakwah, meski menjadi sasaran ancaman dan terror, ungkap hidayatullah.com, 29 November 2010.
Bukti penting, adiknya yang jadi pemimpin LDII tidak ikut menshalati
Jenazah Bambang Irawan dishalati di masjid dekat rumahnya di Gandaria Jakarta Selatan ba’da maghrib, kemudian langsung dimakamkan di TPU (Taman Pemakaman Umum) Tanah Kusir Jakarta Selatan. Imam masjid mengemukakan, selama ini Pak Bambang rajin shalat berjamaah 5 waktu dan bahkan sering menunggu waktu shalat.
Ketika jenazah dishalati, adik almarhum, Ksn alias AM, yang masih aktif di LDII bahkan menurut penta’ziyah dia itu menjadi amir daerah bahkan konon kini naik jadi wakil amir 4 yang berpusat di Kediri Jawa Timur, tidak tampak ikut menshalati.
Ustadz Yahya putra Pak Bambang mengimami shalat jenazah, namun pamannya (adiknya jenazah) yang masih di LDII itu tampak pulang ke rumahnya tak jauh dari tempat itu menjelang maghrib, walau tadinya klincang-klincong (mondar-mandir) di sekitar lokasi.
Ini bagi orang MUI (Majelis Ulama Indonesia) seperti M Amien Djamaluddin dan tokoh-tokoh lembaga Islam lainnya yang hadir dan menshalati jenazah Pak Bambang menjadi catatan penting pula mengenai sikap unsur pemimpin LDII sampai sekarang, bahwa sampai abangnya meninggal pun karena bukan lagi termasuk dalam golongan LDII ternyata tidak mau menshalatinya, padahal sejak tadi dia klintar-klinter (mondar-mandir) di situ dan tinggal di kampong sekitar itu.
Beberapa anggota FRIH (Forum Ruju’ Ilal Haq) yakni orang-orang yang keluar dari LDII karena sadar akan kesesatannya, tampak berta’ziyah dan ikut menshalati jenazah Pak Bambang. Mereka menyaksikan bahwa adik Pak Bambang yang masih di LDII bahkan termasuk unsure pimpinan itu tidak mau ikut menshalati jenazah almarhum. Menurut mereka, kalau seandainya yang masih aktif di LDII itu ikut menshalati jenazah ini, kemungkinan besar shalatnya shalat BL.
Apa itu shalat BL?
Shalat budi luhur, secara gampangnya di aliran sesat lain kurang lebihnya disebut taqiyah yakni menampakkan sikap yang berbeda dengan yang sebenarnya diyakini untuk menutupi kesesatannya. (haji)