Eramuslim.com – Kadang sekelas pendakwahpun lupa, bahwa KEBENARAN adanya hanya di kanan atau di kiri. Terletak di salah satu sisi. Bukan ditengah2.
Jadi bagaikan pilihan gender atas kelamin, harus jelas pilih Lelaki atau Perempuan. Kalau di tengah2, Wandu namanya.
Tapi lain lagi kalau kolom identifikasi itu dibuat oleh kaum Liberal atau Sekular, maka ada kolom Male, Female, dan Other. Nah siapa yg pilih Other, pasti bukan juru agama.
Jadi ketika USTADZ YUSUF MANSUR mengatakan lewat media bahwa dirinya di tengah2, NETRAL, tidak memihak Capres-Cawapres manapun, wajar jika orang yg membaca bingung.
Kata UYM: “Yang di tengah kan tugasnya mendoakan semua. Jadi jangan kaget kalau nanti saya tiba-tiba ke Pak Jokowi, tiba-tiba ke Pak Prabowo.”
Jadi masyarakat disuruh maklum seandainya tiba2 sang Ustadz merapat ke Emak? Kita dilarang kaget jika sekonyong2 dia ngadem di Kertanegara? Jangan kecewa bila mak bedhundhuk ada di markas Kita-Kitaa-Kitaaa, atau jika mak plekenyuuk dia ngeteh cantik bersama Ngebualin..?
Lha kok wenak…?
Tapi ajaibnya, belakangan ini, seperti selalu ada Kekuatan Ghaib yg menyingkap setiap sikap keabu-abuan. Kekuatan itu seperti menyasar kepada orang yg mengaku2 dirinya Putih Tua atau Hitam Muda. Karena putih ya putih. Hitam ya hitam.
Apalagi sekelas pendakwah yg sudah jadi influencer. Bukan kelas kampung yg jauh dari pertemuan dengan para tokoh politik. Harus jelas menunjukkan dirinya berjalan di Kanan atau di Kiri. Jangan di tengah2, pasti akan ketabrak dan rawan tumbang.
Dan terbukti. Gara2 ingin berdiri di Tengah, maka ditabraklah UYM oleh sebuah rekaman Voice Note. Ia tersandung kakinya sendiri. Pengakuannya bahwa seolah ia berada di posisi netral, langsung tumbang oleh viralnya peredaran Voice Note di WA sepanjang hari ini.
Di rekaman suara itu, UYM mengaku dirinya dihubungi oleh istana segera setelah Pakde memilih Wakilnya. Lalu ia terdengar mengatur strategi menyambut sang paslon, yg berarti mengukuhkan dirinya sebagai pendukung Mukidi. Ia juga menyatakan yakin Pakde akan menang.
Memangnya salah kalau ada Ulama yg mendukung Mukidi..?
Justru tak salah kalau jelas mendukung Mukidi. Kan banyak ulama yg mendukung Mukidi dan mereka bersikap terang saja. Berbeda pilihan adalah hal biasa.
Yg salah adalah berusaha mengaburkan identitas diri agar bisa meraup semuanya, padahal dirinya jelas membela satu sisi. Yg seperti itu cenderung tak punya nyali untuk memperjuangkan kebenaran.(kl/swamedium)
*Penulis: Agi Bertha, wartawati senior