Penyebaran bahan bacaan agama Islam masih terfokus di kota-kota besar dan relatif belum menjamah berbagai wilayah di seluruh Tanah Air, hal ini menjadikan minat baca masyarakat atas buku bacaan itu sangat rendah.
"Walau penerbitan lektur (bahan bacaan) agama Islam dalam dasawarsa terakhir cukup semarak, namun penyebarannya masih lebih terfokus di kota-kota besar saja, " kata Patombongi Badrun dalam acara pengukuhan dirinya sebagai Profesor Riset Bidang Lektur Keagamaan di Departemen Agama di Gedung Sasana Amal Bhakti Departemen Agama, Jakarta.
Ia menuturkan, masyarakat yang jauh dari akses bahan bacaan agama seperti masyarakat pedesaan masih sangat minim. Akibat dari keterbatasan akses itu, umat Islam semakin rendahnya minat baca terhadap bacaan agama itu sendiri.
Patombongi juga mengatakan, peran Departemen Agama (Depag) dalam memajukan perkembangan bahan bacaan keagamaan sangat besar terutama berkaitan dengan kebijakan di bidang tersebut.
"Contohnya adalah keberhasilan Depag dalam menerbitkan Al-Qur’an standar serta terjemahan dan tafsirnya yang merupakan sebuah prestasi yang besar, "ujar peraih penghargaan Satya Lencana Karya Satya pada tahun 1996 itu.
Selain itu, Ia menambahkan, penelitian terhadap bahan bacaan keagamaan berkaitan erat dengan kerukunan sosial dan dapat menghindarkan para pemeluk agama dari konflik bernuansa agama. Patombongi berpendapat, upaya terus menerus untuk melakukan penelitian yang berkualitas terhadap bahan bacaan agama merupakan sesuatu yang perlu dilakukan.
"Apalagi, di era globalisasi dewasa ini banyak media massa yang memuat informasi bernuansa keagamaan yang merupakan objek kajian kelekturan yang dinamis, namun jarang dilirik untuk dilakukan penelitian, " kata anggota Ikatan Peneliti Agama dan keagamaan Indonesia itu.
Badrun menegaskan, mempelajari lektur (bacaan) agama dengan berbagai bentuknya membantu untuk meningkatkan pemahaman, penghayatan, dan pengalaman agama setiap umat beragama. Namun, sebaliknya, lektur agama yang keliru dapat menyelewengkan pemeluk agama dari ajaran yang benar serta dapat menimbulkan gangguan keamanan dan ketertiban umum.
Dalam sambutan tertulis yang dibacakan Kepala Balitbang dan Diklat Depag Atho Mudzhar, Menteri Agama Muhammad Maftuh Basyuni, mengakui, beberapa kebijakan Depag telah diambil berdasarkan riset para peneliti di Balitbang dan Diklat Depag.
Setelah Patombongi Badrun dikukuhkan sebagai profesor riset bidang lektur keagamaan, Departemen Agama kini memiliki empat profesor riset. Tiga profesor riset yang dimiliki Depag sebelumnya yaitu Profesor Azis Al-Bone, Profesor Yusri Abadi, dan Profesor Musda Mulya.
Pengukuhan Patombongi Badrun dilakukan langsung oleh kepala Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Umar Anggara Jenie, di Jakarta, Rabu (5/12 )kemarin. (novel)