Mutasi D614G Virus Corona, Mungkin Lebih Berbahaya?

Lebih lanjut, ia meminta masyarakat tidak panik yang berlebihan menghadapi D614G tetapi tetap penuh waspada. “Karena bagaimanapun yang namanya Covid-19 atau SARS-CoV2 ini akan tetap ada,” ujarnya.

Amin Soebandrio menambahkan, mutasi memang menyebabkan perubahan pada protein spikevirus coronatipe SARS-CoV-2, namun tidak sampai mengganggu RBDvirus yang menjadi sasaran vaksin. “Perubahan yang disebabkan karena mutasi ini walaupun terjadi pada spike protein tapi pada lokasi yang berbeda sehingga receptor-binding domain ini tidak terganggu dan selama vaksin ini ditujukan terhadap RBD maka tidak akan mengganggu kinerja vaksin,” katanya.

 

Saat ini lima institusi sedang mengembangkan Vaksin Merah Putih. Lima institusi tersebut adalah Lembaga Biologi Molekuler Eijkman, Universitas Indonesia, Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga.

Vaksin Merah Putih adalah vaksin yang bibit vaksinnya diteliti dan dikembangkan di Indonesia. Lembaga Eijkman mengembangkan vaksin berbasis platform subunit protein rekombinan dan inactivated virus atau virus yang dilemahkan.

Universitas Indonesia mengembangkan vaksin dengan tiga platform yaitu DNA, RNA, dan virus-like particle. Institut Teknologi Bandung dan Universitas Airlangga masing-masing mengembangkan vaksin dengan platform adenovirus.

Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia mengembangkan vaksin dengan platform protein rekombinan. Dalam rangka pengadaan vaksin Covid-19 di Indonesia, Pemerintah Indonesia melalui Kementerian Riset dan Teknologi mencoba mengembangkan vaksin dengan pendekatan efektif, cepat dan mandiri.]

Kemandirian vaksin menjadi penting karena ada kebutuhan vaksin dalam jumlah besar untuk Indonesia dengan jumlah penduduk 260 juta. Karena itu, Indonesia dengan segenap kekuatan di bidang penelitian dan pengembangan berupaya mengembangkan Vaksin Merah Putih.

“Tentunya semuanya membutuhkan vaksin dan ada kemungkinan apabila vaksinasi dilakukan lebih dari satu kali per orang maka kebutuhan vaksin Covid-19 ini bisa mencapai jumlah di atas 300 juta sampai 400 juta ampul dan otomatis ini membutuhkan kemandirian baik dalam sisi produksi maupun juga dalam sisi pengembangan bibit vaksinnya,” tutur Menristek Bambang. (rol)

Oleh Rr Laeny Sulistyawati, Antara