Selama 600 tahun kemudian, terjemahan Ketton itu dijadikan sumber rujukan para misionaris, pendeta, pastor dan lainnya untuk menghujat Al-Qur’an. Mereka antara lain, Martin Luther (1483-1546) dan Hugo Grotius (1583-1645).
Sampai di sini, niat Petrus dianggap telah berhasil. Sebab, sejak awal motif Petrus membuat membentuk tim penerjemahan Al-Qur’an adalah untuk membaptis pemahaman kaum muslimin terhadap Al-Qur’an.
Dan sekitar 200-300 tahun kemudian, usaha Petrus itu betul-betul berhasil. Sudah ratusan sarjana Muslim yang dicetak (disekolahkan dan didik) oleh Barat menjadi pengikut mereka. Kini mereka menjadi penyebar dan penentang Al-Qur’an sebagaimana para kafir Quraisy, kaum Kristen dan Yahudi.
Di antara mereka sudah tidak lagi percaya pada hukum waris yang diatur secara rinci dalam Al-Qur’an. Mereka juga menghalalkan pernikahan sesama jenis. Dan mereka juga menyamakan semua agama. Wa Allah a’lam bi al-shawab. (dina)