eramuslim.com – Arteria Dahlan, salah satu anggota Komisi III DPR RI, merasa geram. Ia merasa tidak terima dengan kritikan yang dilontarkan oleh netizen terhadap lembaganya terkait pengungkapan kasus.
Arteria Dahlan menegaskan bahwa wakil rakyat tidak takut untuk mengungkap kasus. Ia pun membeberkan sejumlah kasus yang berhasil diungkap oleh DPR, salah satunya adalah skandal impor emas senilai Rp47,1 triliun.
“Saya Komisi III tidak alergi, tidak enggan untuk membongkar kasus-kasus Pak. Yang disebutkan tadi abang saya, Pak Misbakhun, emas, kami yang bongkar Pak, saya Pak,” tegas Arteria dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Komite Koordinasi Nasional Pencegahan dan Pemberantasan TPPU, di DPR RI, Jakarta, Rabu (29/3).
Rapat ini membahas Laporan Hasil Analisis (LHA) Pusat Pelaporan dan Analisis Transaksi Keuangan (PPATK) mengenai transaksi mencurigakan Rp349 triliun di Kementerian Keuangan. Ketua Komite TPPU sekaligus Menteri Koordinator Bidang Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) Mahfud MD hadir dalam rapat.
Arteria menyinggung netizen yang mendukung Mahfud MD. Menurut Arteria, pendukung Mahfud di jagat maya menilai DPR ogah membuka tabir hitam kasus. Lulusan S2 Ilmu Hukum Ketatanegaraan, Universitas Indonesia ini menegaskan, tuduhan itu tidak benar.
“Enggak ada di kita, ini yang punya niatan buruk di dunia sana, di publik luar sana. Di netizen yang katanya netizen yang mendukung Prof, seolah-olah kita dikatakan anti,” ucapnya.
Dibully Netizen Gara-Gara Tak Terima Tantangan Mahfud
Arteria mengaku dirinya dirundung netizen gara-gara tidak menerima tantangan dari Menko Polhukam Mahfud Md untuk mengancam Kepala Badan Intelijen Negara (BIN) Budi Gunawan.
Tantangan Mahfud muncul usai Arteria mengingatkan ancaman pidana empat tahun bagi pihak yang membocorkan dokumen transaksi janggal Rp349 triliun di Kemenkeu.
“Saya hadir Pak (Mahfud) saya tidak akan lari dan saya dengar apa yang Bapak sampaikan tadi. Saya adalah orang yang tidak mengomentari Bapak di WA grup, di Twitter, di Instragram, di media di medsos saya puasa Pak,” kata Arteria.
“Tapi saya katakan saya enggak berani menerima tantangan Prof, dibully Prof, cupu, penakut banyak bacot dan sebagainya. Saya katakan beliau saya anggap orang tua saya, guru. Saya udah diam tapi Prof ngegas, saya harus lawan?” sambungnya.
Arteria mengaku sangat menghormati Mahfud Md sebagai guru dan orang tua. Namun, dia terkejut saat Mahfud Md membenturkan dirinya dengan Budi Gunawan.
“Saya hormati Prof orang tua dan guru saya. Akhirnya saya putuskan itu dulu, betul Pak Prof membunuh anak-anak yang Prof didik sendiri kalau begini caranya Prof. Saya punya karier dari kecil Prof, saya tidak pakai fasilitas apapun, tiba-tiba Prof mencoba membenturkan saya dengan amat yang saya hormati pak Budi Gunawan,” tegasnya.
Minta Bareskrim Kejar Netizen
Arteria meminta Kepala Badan Reserse Kriminal (Bareskrim) Polri Komjen Agus Andrianto yang hadir dalam rapat tersebut untuk bergerak mencari akun-akun yang menyerang dirinya dan DPR. Dia menduga akun tersebut terafiliasi dengan kelompok tertentu.
“Makanya Pak Kaba, Sibernya jalan Pak, yang main itu siapa, akunnya saya sudah tahu semua. Apakah terindikasi dengan pihak-pihak tertentu, saya mohon nanti dicek, pastinya kita support,” ujarnya.
Meski begitu, Arteria mengingatkan Bareskrim Polri untuk menjunjung tinggi aturan saat mengejar netizen yang menuduh DPR enggan membongkar kasus.
“Tapi harus ada cara yang benar, aturan harus dipenuhi. Sekalipun harus dipenuhi, ada adab dan etika bernegara Pak, ya harus kita hormati,” sambungnya.
Dia kemudian mempersilakan Mahfud untuk melapor ke Mahkamah Kehormatan Dewan (MKD) bila pernyataannya salah. Arteria mengaku siap dipanggil MKD.
“Terlepas caranya, kalau caranya saya keliru, Prof laporkan saya ke MKD, laporkan lah. Tapi saya juga berusaha untuk disiplin, enggak pernah saya ngomong, ngomongin Bapak ini saya enggak pernah,” pungkasnya.
Arteria Dinilai Otoriter
Pengamat kebijakan publik Gigin Praginanto menilai Arteria bersikap otoriter. Hal ini terlihat dari tindakan Arteria yang enggan menerima kritikan dari masyarakat lewat media sosial.
“Karakter orang ini sama dengan partainya, otoriter,” kata Gigin melalui akun @giginpraginanto.
Dia kemudian menyarankan Arteria mengganti slogan dari ‘Turn Back Crime’ menjadi ‘Turn Back Arteria’. Menurut Gigin, slogan Turn Back Arteria sangat cocok untuk wakil rakyat dari daerah pemilihan Jawa Timur VI itu.
“Saya lebih suka kalau tulisan di bajunya diedit. Dari ‘Turn Back Crime’ menjadi ‘Turn Back Arteria’,” ucap Gigin.
(Sumber: Merdeka)
Menurut saya,AR TDK usah desak Kabarekrim,sehatnya justu wakil rakyat……karena apa mereka yg duduk di anggota dewan adalah wakil rakyat,artinya Wakli rakyat mencakup semua,rakyat Indonesia,entah rakyay yg notabene menyuarkan aspirasi dari bawah lewat media elektronik,sosial dll,dan kebijakan dan undang2 DI IT sudah diatur……simple aja tinggal anggota dewan dan pak Mahfud MD,dan lembaga terkait,perlu adanya rekonsiliasi…….ngapain urusi nitizen…… Nitizen tahunyakalau ada yg meng upload dan membuat postingan di media sosial wajib memberi apresiasi,like,unlike,dan mengomnetari apa yg diuploud seseorang,kalau TDK ada yg membuat konten postingan dan status TDK mungkin nitizen komentar
Yg pilih dia juga nitizen,jgn arogan.
Di audit sj mgkn uang haramnya lebih byk dari halalnya.Jgn pilih dia lagi jadi anggota dewan.