Arogansi Sopir dan PM Pengawal Fortuner B.64 NIP Kepada Warga Sipil

aroganEramuslim.com – Kejadian tidak mengenakkan dialami Nova Ridho Sisprasojo saat melintas di jalan raya Lawang- Malang. Tak hanya kendaraannya ditabrak oleh kendaraan milik salah seorang perwira Polisi Militer, tapi dia juga diintimidasi oleh anak buahnya agar tidak meminta ganti rugi.
Dikutip dari akun Facebooknya, Selasa (12/4), Nova mengeluhkan sikap Polisi Militer yang bertindak terhadap dirinya sebagai pengguna jalan. Padahal, pemuda ini sudah berusaha memberi jalan terhadap iringan kendaraan yang membawa mobil perwira tanpa penumpang, tapi malah disenggol hingga bagian depan mobilnya lecet.
Peristiwa itu berlangsung Minggu (10/4) lalu, sekitar pukul 13.00 WIB. Nova yang menuju Gresik untuk bertemu orangtuanya terjebak kemacetan. Tak lama, di belakangnya terdengar suara sirine, dia pun mencoba meminggirkan kendaraannya, namun sulit karena jalur tersebut sangat padat.
Dari kaca spion, dia melihat motor gede bermerek Suzuki GSR milik Polisi Militer (POM) tengah mencoba membelah kemacetan. Beberapa kendaraan tampak kesulitan untuk memberi jalan. Ternyata, petugas tersebut sedang mengawal sebuah mobil Toyota Fortuner berpelat hitam dengan Nomor Polisi B 64 NIP. Kendaraan ini sangat agresif memepet kendaraan di depannya agar diberi jalan.
“Posisi saya ada di lajur paling kiri dari 2 lajur yang mengarah ke Malang. Saya pun menepi ke kiri perlahan, pemimpin kawalan sang polisi PM ber-moge pun lewat dengan lancar di sebelah kanan mobil saya,” tulis Nova.
Tepat 50 meter sebelum Stasiun Lawang, mobil Toyota Fortuner Plat Hitam B 64 NIP berada sejajar dengan kendaraannya. Tanpa diduga, mobil itu langsung memotong jalur tengah hingga menyenggol bagian depan mobil. Alhasil, tak hanya lecet, bumper depan sampai terbuka.
Kejadian itu membuatnya langsung membunyikan klakson pajang. Mobil Fortuner itu langsung berhenti.
Saat turun, dia menyadari kendaraan yang dikawal hanya satu dan tidak ada pejabat di dalam Fortuner itu. Hanya ada seorang sopir dengan seorang ajudan.
Mendapati kendaraannya mengalami kerusakan, dia meminta sopir bertanggung jawab. Belum selesai, dia langsung dibentak oleh pengawal berseragam PM yang menggunakan motor, tubuhnya juga didorong sembari memaki.
“PM tersebut, yang sayang sekali badge nama-nya tertutup rompi, menantang saya untuk berduel, katanya sih, dia pengen menyelesaikan secara laki-laki. Nah, apakah saya salah kalo oknum Polisi Militer seperti ini adalah manusia dengan otak yang cekak? yang menjadikan status militernya sebagai orang yang superior dan punya kuasa atas orang sipil? Selalu ingin mempersingkat penyelesaian masalah dengan otot? Yang lebih tepat mungkin cara tidak elegan dan berwibawa, sebagai seorang pengayom masyarakat,” keluhnya.
Mendapat perlindungan dari pengawal, sopir tersebut juga ikut membentak. Dia lantas melaporkan kejadian tersebut dengan versinya sendiri.
“Polisi Militer tersebut menelepon atasannya, dan saya mendengar ada perkataan seperti ini ‘Lapor Ndan, mobil komandan ditabrak orang di Lawang’.”
Dia diajak untuk menyelesaikan permasalahan itu di Kantor POM Lawang. Nova mengamininya. Tapi, ia menyadari kemungkinan untuk mendapatkan ganti rugi sangat tipis. Dan bayangan tersebut sesuai dengan kenyataannya.
Di tempat tersebut, dia dibawa ke ruangan berukuran 3×3 meter dan ditemui empat orang anggota POM, bahkan sampai 10 orang yang ikut menginterogasinya.
“Satu per satu mereka menginterogasi saya, seolah saya yang jadi tersangka. Dengan nada keras, ngotot, dan cenderung menyalahkan,” urainya.
Beberapa kali penjelasannya disanggah sopir. Selama 15 menit, dia dipaksa menunggu. Namun, dia sempat ditawari agar menyelesaikan kasus itu di unit Laka Lantas.
“Biar cepat selesai, bagaimana kalo kita berikan kepada yang berwenang saja, unit LAKA LANTAS.”
Namun, anak buahnya meminta atasannya agar ajakan tidak dilakukan, karena ada permintaan langsung dari pemilik mobil agar menyelesaikan kasusnya di kantor.
“Mohon maaf pak, kata komandan bla bla bla, masalah ini tidak perlu dibawa ke Polisi LAKA, disuruh diselesaikan saja di sini.”
Demi mendorong agar dia berdamai, para petugas memintanya menunggu agar mau menyerah. Kondisi itu rupanya menumbuhkan rasa kesal para penjaga, ada yang mengumpat di belakang ruangan, sembari menanti pejabat yang lebih tinggi tiba.,
Selama itu pula, dia enggan melanjutkan masalah, sebab dia yakin tidak akan mendapatkan ganti rugi sama sekali. Ditambah, dia merasa terus ditekan agar tak melanjutkan masalah tersebut.
“Saya pun berfikir, se-ngeyel-ngeyelnya saya, ganti rugi tetap tidak akan saya dapatkan. Saya ngotot pun mereka tidak akan mau mengeluarkan duit. Posisi minoritas, saya berada di tempat yang sama sekali tidak netral untuk sebuah penyelesaian masalah,” keluhnya.
Rupanya, keputusan itu disambut baik. Para petugas yang kesal atas ulahnya langsung memuji, bahkan berkata manis. Dia juga ditawari masuk dalam pengawalan, namun ditolaknya mentah-mentah.
“Sekali lagi, yang terhormat pemilik kendaraan Toyota Fortuner B 64 NIP plat hitam, saya tidak menyalahkan Anda sebagai pemilik. Tapi saya ingin Anda menjewer kuping supir buncit anda, dan memberikan kecupan manis kepada Polisi PM yang mengawal mobil Anda.”
“Bumper belakang Fortuner anda hanya lecet, dan mungkin saya harus merogoh kocek dompet saya sendiri hingga sejuta lebih, untuk memperbaiki bumper depan dan bodi penyok,” keluhnya.(ts/pm)