Arab Saudi Prospek Pasar Perdagangan Produk Makanan Indonesia

Arab Saudi ternyata menjadi prospek pasar yang cukup menjanjikan bagi produk minuman, produk nanas, permen dan wafer dari Indonesia. Hakl itu dikatakan Kepala Badan Pengembangan Ekspor Nasional (BPEN) Departemen Perdagangan Bachrul Chairi, di Jakarta.

Menurutnya, prospek cerah itu terlihat pada penyelenggaraan Pameran Saudi Food and Agriculture 2007 yang berlangsung pada tanggal 11 sampai 15 November lalu, di Riyadh.

Di mana, lanjutnya, dalam pameran itu minuman air dari embun produksi PT. Enternair Water Indonesia, produk nanas dari Subang Jawa Barat, produk permen dan wafer PT. Mayora, banyak sekali diminati konsumen Arab Saudi.

Mengenai keinginan menjadi agen tunggal untuk pasar Timur Tengah, khusus produk Mayora Indah juga telah disepakati bersama antara para pembeli Arab Saudi.

Pameran Saudi Food and Agriculture 2007 itu diikuti 250 peserta, yang menampilkan lebih dari 400 brand produk makanan olahan dan produk pertanian dari 22 negara, seperti Italia, Belgia, Denmark, Jerman, Polandia, Belanda, Canada, China, Taiwan, Malaysia, India, Singapura, Brunai, Cekoslawakia, Jordan, Lebanon, Mesir, Syria, Turki, Uni Emirat Arab dan Indonesia.

Bachrul juga mengatakan. peserta Indonesia sebanyak 16 perusahaan berhasil mengadakan kontak dagang selama pameran berlangsung, yang akan ditindaklanjuti setelah para peserta pameran kembali ke Indonesia. Salain itu, tidak kurang dari 2. 000 calon pembeli berkunjung ke pavilion Indonesia dan diperkirakan rata-rata 10 sampai 15 buyer per perusahaan serius melakukan negosiasi.

Dari pameran itu, sebuah perhimpunan dengan nama SIBA (Saudi-Indonesia Business Association) berhasil dibentuk oleh Delegasi Indonesia yang berkoordinasi dengan KBRI Riyadh.

Kesepakatan pembentukan SIBA itu tertuang dalam penandatanganan Letter of Agreement dengan pengusaha Arab Saudi (Sam Al-Kathiri) yang selanjutnya akan menjadi wahana dalam melakukan bisnis antar pengusaha kedua negara.

Bachrul Chairi berharap untuk tahun mendatang peserta Indonesia terus bertambah dengan jumlah produk yang berwariasi. “Memang pasar Timur Tengah merupakan pasar non tradisionil, yang masih belum digarap secara optimal, "imbuhnya. (novel/bip)