Menteri Perdagangan (Mendag) Mari Elka Pangestu didesak untuk memperbaiki sistem distribusi dan perdagangan, agar lonjakan kenaikan harga kebutuhan pokok tidak selalu berulang setiap tahun pada Ramadhan dan Idul Fitri.
"Kenaikan harga secara signifikan pada Puasa dan Lebaran yang berulang setiap tahun seharusnya bisa diantisipasi pemerintah, " kata Ketua Umum Asosiasi Pengusaha Gula dan Terigu Indonesia (APEGTI) Natsir Mansur, di Jakarta, Kamis(13/9).
Ia mengatakan sampai saat ini kebijakan yang dilakukan pemerintah terutama Menteri Perdagangan, dalam mengatasi gejolak harga selalu bersifat ad hoc, dengan melakukan operasi pasar (OP).
"OP bukan suatu mekanisme perdagangan dan distribusi yang baik. OP menunjukkan ada sesuatu yang tidak benar dalam sistem perdagangan dan distribusi kita, sehingga harus segera diperbaiki, " ujar Natsir.
Ia menilai Departemen Perdagangan (Depperdag) seharus telah mengantisipasi lonjakan kenaikan harga kebutuhan pokok tersebut, karena kejadiannya selalu berulang. Apalagi, Depperdag telah melakukan pemantauan harga pasar dan mengetahui secara pasti, bahwa terjadi lonjakan permintaan kebutuhan pokok menjelang Puasa dan Lebaran, sehingga pasokan harus naik dan distribusinya harus disiapkan.
Lebih lanjut Natsir mengatakan, kenaikan harga yang wajar untuk kebutuhan pokok masyarakat berdasarkan kenaikan harga bahan baku saat ini sekitar 5-10 persen, dan jika lonjakannya di atas kisaran tersebut, hal ini memperlihatkan ada sistem perdagangan dan distribusi yang tidak benar.
Ia mencontohkan, kenaikan harga gula dari 6. 500 rupiah menjadi 7. 200 rupiah per kilogram saat ini akibat sumbatan distribusi dari D1 (distributor besar) ke D3 (pedagang kecil, pengecer).
"Kenaikan harga gula yang cukup tinggi, bahkan di luar Jawa mencapai sekitar 9. 000 rupiah per kg akibat minimnya pasokan ke tingkat pengecer dari D3 dan D2 (pedagang menengah), padahal permintaan naik, " ujarnya.
Selain gula, terigu juga mengalami kenaikan harga, karena harga gandum dunia melonjak, sementara produsen terigu nasional lebih dari 80 persen mengandalkan bahan baku berupa gandum dari luar negeri. Sedangkan mengenai lonjakan harga minyak goreng, Natsir menilai sudah ada penanganan, meskipun dikritisinya masih menggunakan manajemen panik.
Ia menambahkan, seharusnya pengelolaan perdagangan dan distribusi barang harus dilakukan secara cerdas oleh pemerintah, dengan bisa dilihat kapan barang itu diproduksi, untuk kebutuhkan yang lebih besar, sehingga dapat disiapkan distribusi yang baik. (novel)