Senyumnya mudah mengembang. Salamnya tak pernah ketinggalan. Ia selalu menyapa dan meninggalkan lawan bicaranya dengan senyuman dan salam. Itulah Mantan Perdana Menteri (PM) Malaysia Anwar Ibrahim saat beraudiensi dengan wartawan di Gedung Dewan Perwakilan daerah (DPD).
Anwar, demikian mantan petinggi Angkatan Belia Islam Malaysia (ABIM) disapa, menjelaskan, dirinya sangat rindu dengan tokoh-tokoh Muslim Indonesia, karena itu lawatannya ke tanah air tidak ada kaitannya dengan kegiatan politik. “Beberapa hari yang lalu saya diundang oleh Pak Habibie (BJ. Habibie, red). Jadi ini bukan inisiatif saya, ” ujarnya.
Selain diundang Habibie, Anwar juga diundang Ketua DPD Ginandjar Kartasasmita, dan tokoh lainnya. Ketika bertemu dengan beberapa koleganya itu, terang Anwar, dirinya membicarakan hubungan Islam dengan Barat, terutama Amerika Serikat (AS).
Menurutnya, hubungan Barat dengan Islam perlu dibangun dengan baik. Sebab, ketika negara-negara Muslim, terutama di kawasan Asia Tenggara dalam kondisi carut-marut dan melemah, justru AS dengan sombongnya menunjukkan keserakahannnya.
“Perlu ada dialog yang lebih baik antara Barat dengan Islam. Apalagi, Indonesia sebagai negara Muslim terbesar. Kalau tidak kita jembatani, maka hubungan itu menjadi saling curiga. Kita ingin membangun gerakan tamadun, ” paparnya.
Dalam kesempatan itu, Anwar juga mengungkapkan, banyak tokoh Muslim Indonesia yang dijadikan idola dan pahlawan bagai rakyat Malaysia. “Bung Karno, Hatta, Natsir, Soedjatmoko dan lainnya adalah tokoh-tokoh pahlawan bagi kami, ” katanya.
Sebagai mantan petinggi negeri Malaysia, ia menyatakan, merindukan kebebasan pers seperti yang terjadi di Indonesia. Sebab, media massa Malaysia selama ini hanay jadi corong pemerintah yang korup. “Governance Badawi (Abdullah Badawi, PM Malaysia, red) sangat kental dengan korupsi, kendati ia juga fasih berbicara Islam, ” kritiknya.
Anwar juga mengaku prihatin dengan pasukan Rela (polisi Diraja Malaysia) era Badawi begitu kejam terhadap tenaga kerja Indonesia yang dianggap melanggar atau illegal. “Mereka ini jangan dianggap hamba sahaya, manusiakanlah seperti kita. Ketika saya menjadi Menteri Keuangan atau Wakil PM, tidak ada praktik seperti itu, ” tuturnya. (dina)