Eramuslim.com – Begitu terang dalam ingatan saya, saat Syeikh Muhammad Mutawalli Asy Sya’rawi memberikan nasihat kepada Husni Mubarak. Kala itu, Syeikh kharismatik tersebut berdiri di atas panggung dan bersebelahan dengan Husni Mubarak.
Dengan tongkat di tangan kirinya, baju gamis hitam dan peci putih, ia memberi nasihat. Tegas dan menggetarkan.
“Aku tidak mau menghabiskan sisa-sisa hidupku dengan sifat-sifat munafiq. Aku juga tidak akan mempamerkan diri aku dengan perkara-perkara yang menipu,” begitulah kata Syeikh Syarawi.
Saat memberi nasihat, sesekali dia melihat ke arah ratusan jamaah, dan sesekali ia melemparkan tatapan ke Husni Mubarak, yang tepat berdiri di sebelah kirinya.
Husni yang saat itu menggunakan jaz abu-abu, sambil memegang kedua tanganya dan meletakannya di bawah perutnya, ia menyimak. Dan sesekali tersenyum gugup saat Syeikh Syarawi melemparkan tatapan ke wajahnya.
Diksi yang tepat. Penekanan intonasi yang sempurna. Membuat penampilan Syeikh Syarawi saat itu begitu prima. Walau, harus menarik nafas panjang dan sesekali suaranya terlihat gemetar. Maklum, kala itu dia sudah masuk usia senja. Tak lagi muda.
Bagian yang menariknya, saat Syeikh Syarawi menutup nasihatnya. Ia memutar badannya dan menatap Husni Mubarak. Tangan kirinya, saat itu memegang pundak sebelah kanan Husni Mubarak.
“Wahai Tuan Presiden, aku ingin katakan satu perkara kepada engkau. Mungkin ini adalah pertemuan terakhir aku dengan engkau,” kata Syeikh Syarawi.
“Jika nasib kami bergantung kepada engkau, semoga Allah memberi taufik kepada mu. Dan jika nasib kamu bergantung kepada kami. Semoga Allah menolong kamu sanggup menghadapi kami,” ucap Syeikh Syarawi sambil sedikit memajukan mukanya kepada Husni Mubarak.