Bank Indonesia sudah cukup proaktif dengan meningkatkan suku bunganya. Tentu saja Bank Indonesia harus mengikuti langkah The Fed menaikkan suku bunganya. Tetapi jika terus melakukannya tanpa dukungan reformasi dalam ekonomi riil, hasilnya akan meningkatkan kredit bermasalah pada sektor keuangan dan meningkatnya masalah kredit di lembaga non keuangan dan pada akhirnya akan menurunkan pertumbuhan ekonomi di bawah ini 5%. Padahal target pemerintah adalah 5,2%.
Bisakah Anda memprediksi kapan rupiah akan kembali stabil?
Ini terlalu dini untuk mengasumsikan bahwa akan segera ada stabilitas. Karena pemerintah kurang inisiatif untuk mendorong pertumbuhan sektor riil, untuk mendorong ekspor, dan inisiatif lainnya. Jadi saya khawatir nilai tukar rupiah terhadap dolar AS sebesar 15 ribu itu hanya permulaan. Harus diingat ada perbedaan antara 1998 sebelum krisis dan krisis saat ini. Situasinya cukup mengkhawatirkan. Pada tahun 1998, Indonesia memiliki banyak kelebihan kapasitas, Indonesia adalah eksportir minyak untuk lebih dari 1 juta barel per hari. Ada banyak kelebihan kapasitas dari karet, coklat, minyak sawit.
Jadi ketika mata uang rupiah terdepresiasi sekitar 15 ribu, ekspor meningkat sangat cepat dan signifikan itulah sebabnya para petani di luar pulau jawa sangat senang. Tetapi saat ini Indonesia tidak memiliki kemewahan itu lagi. Indonesia tidak memiliki tabungan itu lagi. Saya pikir masih sulit untuk segera melihat stabilitas rupiah.
Dapatkah krisis di Argentina,Turki dan Venezuela menyebar ke negara-negara berkembang lainnya, seperti Indonesia, yang menghadapi tekanan neraca pembayaran?
Bloomberg telah membuat indeks kerentanan. Di negara-negara berkembang, bagaimana tampilan seberapa besar masalah yang mereka hadapi dalam faktor eksternal, transaksi berjalan, dan lain hal. Dalam angka sebelumnya yang dirilis Bloomberg, Indonesia masih rendah dalam peringkat negara-negara berkembang yang berpotensi bermasalah. Namun Bloomberg belum memasukkan angka terbaru dalam defisit transaksi berjalan. Masih menggunakan defisit transaksi berjalan dari kuartal pertama hanya minus 2,3 miliar dolar AS. Jika mereka menggunakan defisit transaksi berjalan dari kuartal kedua, yang mana minus 8 miliar dolar AS, Indonesia kemungkinan akan berada pada nomor 3 atau 4 di daftar negara bermasalah tersebut. [dw]