Anggota Komisi VIII: Katering Haji Prasmanan, Perlu Ditinjau Ulang

Rencana Pemerintah menerapkan penyajian katering Jamaah Haji dengan sistem prasmanan menuai kritik anggota DPR. Anggota Komisi VIII DH Al-Yusni beranggapan, cara prasmanan bisa memicu kekacauan. Sebab, masih banyak jamaah haji asal daerah yang belum terbiasa dengan cara itu.

"Coba kita bayangkan, orang kampung yang belum terbiasa prasmanan disuruh prasmanan. Belum lagi saat-saat (Armina) itu banyak jamaah yang berpencaran ke mana-mana. Saya kira cara itu kurang efektif dan cenderung merugikan jamaah. Saya minta cara prasmanan itu dikaji kembali, "jelasnya dalam pernyataan persnya, Selasa(13/11).

Ia menilai, pengelolaan katering Armina yang berada di bawah koordinasi Muassasah dan Misi Haji Indonesia ini jugaberpotensi terjadi kekacauan, apabila kurang koordinasi, seperti yang terjadi tahun lalu dalam pengelolaan olah Ana Katering.

"Sekarang 39 Maktab dikelola oleh Muassasah dan 38 (Maktab) lainnya lagi oleh Misi Haji. Namun, sampai saat ini Depag belum kasih tahu perusahaan katering mana saja yang berada di bawah kendali Misi Haji. Kita juga tak tahu bagaimana kredibilitas katering itu, " ujarnya mempertanyakan.

Karena itu, Al-Yusni mengingatkan, pemerintah agar mengantisipasi hal-hal yang berkaitan dengan katering Armina dan transportasi dari pondokan ke Masjidil Haram di Makkah dalam pelaksanaan ibadah haji 1428 H.

"Saat ini Depag harus lebih fokus pada masalah katering Armina dan bus bagi jamaah kita di Makkah. Kita tak ingin kecolongan lagi seperti tahun lalu. Saya melihat kalau dua hal itu tak diperhatikan secara serius, maka haji tahun ini berpotensi besar terjadi kekacauan, "imbuh politisi PKS itu.

Mengenai ketersedian shuttle bus untuk jamaah haji Indonesia yang tinggal jauh dari Masjidil Haram di Makkah, Ia memendang pesimis cara ini, karena berdasarkan pengalaman tahun lalu banyak bus jamaah haji asal Indonesia itu yang dipakai jamaah haji negara lain.

Oleh karena itu, Ia meminta, apabila memang memakai bus, maka seharusnya sopirnya orang Indonesia, dan tentunya dengan pengawasan yang ketat, agar tidak diserobot oleh kerumunan jamaah haji negara lain.(novel)