Kekejaman yang dilakukan Israel terhadap Libanon dan Palestina tidak akan pernah berhenti sebelum Israel menguasai kedua wilayah tersebut dan gencatan senjata yang disepakati tidak akan mampu bertahan lama itu, hal itu pernah terjadi diawal agresi pertama pada tahun 1982. Hal tersebut dikatakan oleh penulis buku ‘Tears of Heaven From Beirut to Jerusalem’ DR. Ang Swee Chai dalam peluncuran bukunya di MP Book Point, Kawasan Cipete, Jakarta, Selasa (22/8).
“Perdamaian itu tidak akan terwujud tanpa adanya keadilan dan rasa kemanusiaan,” ujar dokter bedah yang mengabdikan dirinya sejak Perang Israel-Libanon meletus tahun 1982.
Menurut Ang, dirinya menjadi saksi korban-korban pembantaian yang dilakukan oleh Israel terhadap wanita dan anak-anak. Kondisi itu telah mengubah pandangannya yang semula mendukung Israel dan menganggap orang-orang Arab sebagai teroris, kini ia mendukung upaya kemanusiaan untuk menyelamatkan korban-korban kekejaman Israel yang pada umumnya adalah bangsa Arab.
Keberpihakan Ang pada masyarakat Palestina dan Libanon dibuktikannya dengan bergabung dalam perhimpunan Bulan Sabit Merah Palestina dan dengan beberapa rekannya, Ang membentuk Medical Aid for Palestine yang memberikan bantuan medis kepada rakyat Palestina baik di wilayah pengungsian maupun di wilayah pendudukan Israel.
“Saya tidak bisa melupakannya, pembantaian itu telah menjadi bagian dari hidup saya, karena itu saya berkeliling untuk menuturkan pengalaman saya kepada orang-orang, saya ingin dunia mengetahui kekejaman yang dilakukan oleh Israel,” tandasnya.
Ia mengungkapkan, hampir setiap hari korban yang harus ditangani secara cepat tak henti-hentinya berdatangan, bahkan sampai larut malam terutama pada saat kondisi genting.
Ang mengaku dedikasinya terhadap Palestina tidak akan pernah berhenti, apalagi saat ini sudah lebih banyak lembaga kemanusiaan dari berbagai negara yang mendukung perdamaian di Palestina dan Libanon, untuk itu dirinya berusaha minimal setahun sekali mengunjungi Palestina dan Libanon.(novel)