Eramuslim.com – Indonesia resmi tergabung sebagai salah satu dari 57 negara pendiri Asian Infrastructure Investment Bank (AIIB). Dengan modal disetor sebesar US$ 672,1 juta dalam lima tahun, Indonesia menjadi donatur terbesar kedelapan di AIIB.
Kementerian Keuangan melalui situs resminya melaporkan, Menteri Keuangan Bambang P.S. Brodjonegoro menjadi salah satu penandatangan naskah Article of Agreement (AoA) pendirian AIIB di Beijing, Republik Rakyat Tiongkok (RRT) pada Senin (29/6).
Melihat gambaran diatas seolah menjadi aneh dan seoalh menjadi memutarbalikkan fakta kondisi terkait keberadaaan informasi berikut:
China Development Bank (CDB) akan memberikan fasilitas pinjaman kepada 3 perbankan pelat merah senilai US$ 3 miliar atau setara Rp 39 triliun (asumsi US$1 sama dengan Rp 13.000). PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI), PT Bank Mandiri Tbk, dan PT Bank Negara Indonesia Tbk (BNI) masing-masing bakal memperoleh kucuran kredit US$ 1 miliar.
“Mereka sedang dalam proses dapat fasilitas kredit US$ 1 miliar per bank. BRI dapat US$ 1 miliar, Mandiri dapat US$ 1 miliar, BNI dapat US$ 1 miliar,” kata Menteri BUMN Rini Soemarno, saat Rapat Kerja dengan Komisi VI DPR, di Gedung DPR, Senayan, Jakarta, Selasa (30/6/2015).
China juga memberikan fasilitas lain, yakni pinjaman US$ 50 miliar. Rinciannya adalah, Industrial and Commercial Bank of China Limited (ICBC) dan Kementerian BUMN sepakat menyediakan fasilitas pinjaman US$ 20 miliar untuk proyek yang akan dikerjakan oleh perusahaan pelat merah.
“Kementerian BUMN dan ICBC. Bank terbesar di dunia. Sediakan fasilitas US$ 20 miliar untuk proyek dikerjakan BUMN kita sendiri tanpa harus join venture ataupun ada join venture karena ICBC ada cabang di Indonesia,” ujar Rini.
CDB juga memberikan fasilitas kredit senilai US$ 30 miliar. Rinciannya adalah, US$ 20 miliar untuk kerjasama atau join venture BUMN Indonesia dan BUMN China dalam pembiayaan proyek bersama di Indonesia. Sisanya US$ 10 miliar dialokasikan kepada PT PLN (Persero) untuk pembiayaan pembangkit listrik seperti dilansir dari detik.com
Seolah dua fakta yang menjadi logika aneh karena sifatnya saling bertolak belakang
Satu sisi, Indonesia tidak mau lepas ikut serta menyertakan modal sebesar US$ 672,1 Juta kepada Bank Infrastruktur bentukan China yaitu AIIB tetapi disisi lain Indonesia juga lakukan pinjaman besar besaran dari China sebesar US$ 50 Milyar.
Apakah Indonesia harus buktikan dulu kepada pemerintah China dalam program dan agendanya kedepan contoh dalam pembentukan AIIB dengan ikut serta menyertakan modal LALU selanjutnya baru Pemerintah China lewat perbankannya berikan pinjaman kepada Indonesia
Wajar seandainya saja ada pemikiran, jangan jangan pinjaman yang diberikan ke Indonesia adalah hasil dari penyertaan modal sebelumnya yang dilakukan Indonesia sendiri.
Sangat mirip Koperasi, untuk lakukan pinjaman harus menjadi anggota koperasi dahulu dan menyertakan setoran awal sebagai anggota koperasi SELANJUTNYA baru bisa lakukan pinjaman dari koperasi tersebut
Berarti Pemerintah China bisa dikatakan pemilik dari koperasi bernama AIIB, dimana anggota koperasi seperti Indonesia mendaftar dulu dengan ikut mneyertakan modalnya, baru nanti bisa lakukan peminjaman.(rz/fahreenheat)