Andi Arief: Ternyata Ada Dendam PDIP Terhadap SBY

Kejadian ini, lanjut Hasto, membuat dirinya teringat sebuah kisah yang disampaikan oleh almarhum Cornelis Lay.

Sebelum SBY ditetapkan sebagai Menko Polhukam di Kabinet Gotong Royong yang dipimpin Megawati, ada elite politik mempertanyakan Megawati.

Hal ini menyangkut keterkaitan SBY sebagai menantu Sarwo Edhie dalam peristiwa 1965. Selain itu, keterkaitan SBY dengan serangan Kantor DPP PDI pada 27 Juli 1996.

Namun, Megawati justru menjawab pemilihan atas SBY mengedepankan rekonsiliasi nasional dan semangat persatuan.

“Saat itu, Ibu Megawati lalu mengatakan, ‘saya mengangkat Pak SBY sebagai Menko Polhukam bukan karena menantu Pak Sarwo Edhie. Saya mengangkat dia karena dia adalah TNI, Tentara Nasional Indonesia. Ada ‘Indonesia’ dalam TNI, sehingga saya tidak melihat dia menantu siapa. Kapan bangsa Indonesia ini maju kalau hanya melihat masa lalu? Mari kita melihat ke depan. Karena itulah menghujat Pak Harto pun saya larang. Saya tidak ingin bangsa Indonesia punya sejarah kelam, memuja Presiden ketika berkuasa, dan menghujatnya ketika tidak berkuasa’, begitu kata Ibu Megawati penuh sikap kenegarawanan sebagaimana disampaikan Prof Cornelis kepada saya,” kata Hasto.

Bagi Andi Arief, sikap Hasto yang merespon Marzukie adalah keliru. Pasalnya, apa yang dikatakan Marzukie adalah karangan bebas alias “statemen hantu”.

Terlebih, kata Andi lagi, Hasto mengungkapkan fakta bahwa masih ada keterkaitan Megawati memilih SBY sebagai menteri dalam posisinya sebagai menantu Sarwo Edhie.

“Kenapa hantu, karena Marzuki memgarang bebas. Lebih mengejutkan saya, ternyata ada dendam PDIP terhadap SBY karena sebagai menantu Jenderal Sarwo Edhie Wibowo. Dendam Ideologis?” pungkasnya. (GLR)