Eramuslim.com – Informasi dari Penyidik Polda Papua, sampai dengan hari ini Polisi baru menetapkan 22 saksi terkait aksi teroris Gereja Injili Di Indonesia (GIDI) terhadap jamaah sholat Ied yang mengakibatkan hancurnya sebuah masjid, puluhan rumah, dan puluhan kios di sekitarnya.
“Sampai hari kemarin kami sudah periksa sebanyak 22 orang,” demikian Kapolda Papua Yotje (20/7).
Sebanyak 22 orang yang dimintai keterangan merupakan warga Tolikara dan pihak pengurus Gereja Injili di Indonesia (GIDI) Tolikara. Tak hanya itu, kata Yotje, pihaknya juga meminta keterangan anggotanya yang berada di lokasi kejadian. “Kita periksa dari sipil yakni korban, lalu pengurus GIDI Tolikara dan juga anggota Polri yang berjaga di sana,” tambah Yotje.
Saat ditanya mengenai saksi-saksi yang telah diperiksa apakah sudah ada yang berpotensi untuk ditetapkan tersangka, Yotje masih merahasiakannya. Ia meminta semua pihak dan masyarakat untuk bersabar menunggu hasil pemeriksaannya. “Belum, nanti saja kan kita masih terus lakukan pemeriksaan,” tutup Yotje.
Andai Umat Islam Pelakunya
Andai kasus Tolikara adalah kasus di mana Jemaat Gereja yang tengah ibadah diserang oleh massa umat Islam, lalu menyebabkan gereja terbakar dan hancur, puluhan rumah dan kios mereka juga ludes dimakan api, maka tentu beritanya akan sangat besar. Penggiat HAM akan berkoar-koar, televisi swasta yang selama ini islamofobi akan menayangkan kalimat-kalimat panjang “Teroris Islam Bakar Gereja” secara berulang-ulang, juga program khusus “Gereja Yang Menangis”.
Belum lagi berbagai suratkabar akan dipenuhi oleh berita-berita yang memojokkkan umat Islam, lalu kepolisian juga langsung akan mengirim pasukan Densus 88 untuk memburu teroris Islam, BNPT dengan Arsjad Mbay sebagai Ketuanya akan sibuk tampil di teve seraya mengatakan jika teroris Islam harus dibasmi, para pemimpin dunia akan melayangkan surat simpati, presiden dan wakil presiden akan turun langsung menjenguk puing-puing gereja di Papua yang terbakar, menjenguk para pengungsi Krsiten yang ketakutan di pengungsian, dan sebagainya dan sebagainya. Ini bukan isapan jempol.
Pemerintah negara ini memang diskriminatif terhadap umat Islam, sejak lama. Padahal negara ini dibebaskan, dimerdekakan dengan teriakan takbir, Alahu Akbar, dan semangat jihad fi sabilillah. Pemerintah lupa akan sejarah. Dan biasanya, pengasa yang lupa dengan akar jati dirinya, akan terjungkal dengan sendirinya. Amien ya Rabb. (rz)