Eramuslim.com – Terimakasih, Bali. Matur suksma. Peristiwa yang menimpa Ustad Abdul Somad (UAS) di Bali tak mengurangi apapun di dada kita. Malah ada banyak cinta yang bertambah. Insyaallah.
Doa-doa dari delapan penjuru mata angin kini kian berhamburan ke langit. Memohon supaya Allah menyalakan girah api cinta bertubi-tubi ke palung jantung kaum muslimin yang minoritas di sana.
Hablumminallah. Hablumminannas. Semoga Allah mudahkan keduanya bagi mereka. Sakit, nanar, memar, menegakkan asma Allah di negeri orang yang beda agama, niscaya menjadi ladang amal yang besar.
Dari Bali pula, semakin nampak kecintaan umat pada ulama. Ulama makin terlihat hubb al-wathan-nya. Cinta tanah airnya. Lihat poin terakhir penjelasan kronologis UAS mengenai insiden Bali. Satu frasa pendek yang disudahi dengan lafaz takbir: NKRI harga mati.
NKRI harga mati. Sah. Clear. Kalimat hakikat dari mulut seorang ahli agama. Menara cinta tertinggi dari lisan seorang putera Melayu Nusantara. Tak ada lagi menara yang lebih tinggi dari ini.
Semakin viral fatwa “NKRI harga mati” Ustad Somad di ruang-ruang naratif publik, semakin nyata bagi kita bahwa sesungguhnya harga mati itu harga hidup. Harga hidup dengan nilai (value) yang terus-menerus bertambah.