Al-Aqsha Bisa Dibebaskan, Jika Umat Islam Bermental 'Abdullah'

Masjidil Aqsha di Palestina yang saat ini berada dalam pendudukan zionis Israel hanya dapat dibebaskan olah kaum muslim yang memiliki mentalitas sebagai hamba Allah SWT (Abdullah). Karena itu, umat Islam harus meningkatkan kualitas sebagai hamba Allah SWT dengan melaksanakan perintah-perintah Allah.

"Orang yang akan mampu membebaskan Masjidil Aqsha adalah yang bermentalitas sebagai Abdullah, sebagai hamba Allah SWT. Bukan hamba seks, bukan hamba kursi, bukan hamba jabatan, bukan hamba syahwat dan hamba-hamba lainnya. Tapi orang yang bermentalitas hamba Allah SWT, " kata Sekjen KISPA Ustad Ferry Nur di sela-sela Konferensi Konferensi Internasional Al-Aqsha tersebut akan dilaksanakan di Auditorium Adhyana, Wisma Antara, Jakarta Pusat, Kamis (21/8).

Menurutnya, zionis Israel telah membaca kelemahan-kelemahan yang dimiliki kaum muslim, dan mereka pun berupaya mencederai, serta memanipulasinya untuk meruntuhkan kekuatan Islam.

Di antara kelemahan dan kekurangan yang akan dicederai itu, lanjut Ferry, ada lima unsur, sehingga umat Islam menjadi ketakutan dan tidak mau terikat dengan unsur-unsur tersebut.

Unsur yang sering diabaikan tersebut, yakni pertama adalah tarbiyah, umat Islam tidak mungkin mengerti yang mana yang hak dan bathil, kalau mereka tidak ditarbiyah. Selain itu, umat Islam tidak akan mungkin umat itu mengerti halal dan haram kalau mereka tidak ditarbiyah. Baik melalui tarbiyah ruhiyah, jasadiyah, maupun fikriyah.

"Padahal itu harus direalisasikan, orang yang tarbiyah dia akan lapang dada dalam berinteraksi, memiliki sikap yang matang dalam perjuangannya, " ujarnya.

Yang kedua istilah yang dimanipulasi adalah istilah jamaah. Seperti diketahui bagaimana musuh-musuh Islam berupaya merusak istilah jamaah, sehingga umat Islam kalau berbicara istilah jamaah menjadi rendah diri ataupun ketakutan (minder). Padahal jamaah ini merupakan satu kekuatan Islam. Bahkan, Ferry mengatakan, Rasulullah SAW memberikan motivasi kepada umat Islam bahwa sholat berjamaah itu nilainya lebih baik daripada sholat sendiri.

Sedangkan, unsur yang ketiga adalah Bay’at merupakan kata-kata yang sakral yang disaksikan oleh Allah SWT. Sebab dengan bay’at itu seorang akan diuji komitmennya keihklasannya, orang akan takut berperilaku curang, berperilaku munafik, karena Allah memantau kegiatan mereka. Maka serentak setelah berbay’at, umat akan berkomitmen untuk berjuang walaupun cucuran darah membasahi bumi.

Selanjutnya, unsur yang keempat adalah jihad, jihad ini adalah kata-kata yang mulya ada dalam Al-Quran. Ferry menyebutkan lebih kurang 41 kali Allah ulang-ulang kata jihad dalam Al-Quran.

"Tapi musuh-musuh Islam berupaya mencederai kata-kata jihad tersebut, dengan membuat skenario dan rencana sehingga umat Islam tidak mau berjihad, padahal jihad merupakan satu kalimat yang mulia yang dilakukan oleh Rasulullah, para sahabat, salafushalih, dan pejuang Islam hingga akhir zaman, " jelasnya.

Dan unsur yang yang sering dicederai adalah, adalah khalifah. Seperti diketahui, sejak runtuh khilafah Utsmani tahun 1924, maka umat Islam bagaikan anak ayam kehilangan induknya, mereka dipermainkan, seperti bola ditendang ke sana kemari.

Oleh karena itu, Ia mengatakan, momentum peringatan 38 tahun insiden pembakaran Masjid al-Aqsha inilah, dapat dijadikan saat yang tepat untuk membangun opini yang baik di tengah masyarakat, sehingga umat masyarakat dapat berinteraksi dengan poin-poin yang merupakan unsur dari upaya pembebasan masjidil Aqsha.

Komitmen itu, tambahnya, dapat ditandai dengan upaya menghidupkan kembali pelaksanaan sholat Subuh berjamaah di masjid, sebagai mana yang dicontohkan para pejuang Islam terdahulu. (novel)